Studi: Longsor Bawah Air Besar-besaran di Antartika Dipicu oleh Perubahan Iklim Masa Lalu
RIAU24.COM - Para ilmuwan telah menemukan apa yang mereka anggap sebagai asal muasal tanah longsor besar-besaran di Antartika, yang mungkin mengakibatkan gelombang tsunami yang melanda seluruh belahan bumi selatan ratusan ribu tahun yang lalu.
Tapi bukan perubahan iklim hari ini, tapi perubahan iklim di masa lalu.
Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Jenny Gales, seorang dosen di University of Plymouth, mengidentifikasi lapisan-lapisan sedimen yang rapuh, memfosil, dan kaya lingkungan ratusan meter di bawah dasar laut.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan awal bulan ini di Nature Communications oleh para peneliti, lapisan lemah ini membuat area tersebut rentan runtuh saat terjadi gempa bumi atau aktivitas seismik lainnya.
Berdasarkan penelitian, lapisan tipis tersebut berasal ketika suhu di Antartika mencapai 3 derajat Celcius lebih panas dari sekarang, dan ketika permukaan laut lebih tinggi dan lapisan es jauh lebih sedikit daripada sekarang.
Jika semua itu terdengar familier, itu karena planet kita telah mengalami banyak perubahan serupa, termasuk naiknya permukaan laut, lautan yang lebih hangat, dan lapisan es yang menghilang.
Hal ini menunjukkan bahwa tanah longsor bawah laut yang masif kemungkinan besar akan terjadi lagi jika perubahan iklim terus berlanjut.
“Kita perlu lebih memahami sejauh mana lapisan lemah yang berada di bawah tanah longsor bawah laut di Antartika yang membuat daerah ini tidak stabil. Kita juga perlu memahami dengan lebih baik bagaimana iklim mempengaruhi pemicu longsor bawah laut ini. Ini akan memberi kita pemahaman yang lebih baik tentang risiko masa depan yang ditimbulkan oleh peristiwa berbahaya ini,” kata Jenny Gales kepada Indian Express.
Risiko tanah longsor bawah laut
Longsor bawah laut, menurut Gales, merupakan bahaya masif yang berpotensi menimbulkan tsunami yang dapat mengakibatkan banyak korban jiwa. Longsor ini berpotensi merusak infrastruktur, termasuk kabel bawah laut.
"Longsor bawah laut terjadi sekitar 400.000 tahun lalu, 1,72 juta tahun lalu, dan 12,14 juta tahun lalu, dan setiap tsunami yang terkait dengan longsor bawah laut ini akan terjadi langsung setelah peristiwa longsor bawah laut," jelas Gales, mengacu pada bukti longsor yang ditemukan pada tahun 2017 oleh tim ilmuwan internasional selama ekspedisi Odyssea Italia.
Para ilmuwan mengunjungi kembali lokasi tersebut pada tahun 2018 sebagai bagian dari ekspedisi yang mengumpulkan inti sedimen dari ratusan meter di bawah dasar laut. Mereka mempelajari materi untuk menentukan seperti apa iklim di kawasan itu jutaan tahun yang lalu dan bagaimana iklim itu menghasilkan lapisan lemah di bawah dasar laut.
(***)