Survei: 61 Persen Orang Amerika Percaya AI Dapat Mengancam Umat Manusia
RIAU24.COM - Jajak pendapat Reuters/Ipsos yang diterbitkan pada Rabu (17 Mei) menunjukkan 61 persen orang Amerika percaya bahwa kecerdasan buatan dapat mengancam peradaban.
Hal ini terjadi karena banyak perusahaan berlomba untuk menghadirkan model AI yang semakin canggih ke pasar, yang telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan kritikus dan pakar industri.
Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga orang Amerika mengkhawatirkan efek negatif AI. Namun, bukan hanya orang, kritikus, atau pakar industri.
CEO organisasi yang memulai apa yang disebut perlombaan senjata AI, OpenAI, baru-baru ini juga menyatakan keprihatinan atas potensi penyalahgunaan teknologi tersebut.
Pada hari Selasa, CEO startup yang menciptakan chatbot ChatGPT, Sam Altman, berbicara kepada panel anggota parlemen Amerika Serikat dan mengatakan regulasi model yang semakin kuat dari kecerdasan buatan penting untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh teknologi.
Perlu juga dicatat bahwa orang Amerika yang memilih mantan Presiden AS Donald Trump mengungkapkan tingkat kekhawatiran yang lebih tinggi bahwa AI dapat mengancam umat manusia.
“Sebanyak 70 persen pemilih Trump setuju jika dibandingkan dengan 60 persen pemilih Presiden petahana Joe Biden,” kata jajak pendapat Reuters/Ipsos.
Sementara itu, dalam konteks keyakinan agama, jajak pendapat tersebut juga menunjukkan bahwa 32 persen orang Kristen Injili sangat setuju bahwa AI menimbulkan risiko bagi umat manusia dibandingkan dengan 24 persen orang Kristen non-Injili.
Menurut laporan media, 4.415 orang dewasa AS berpartisipasi dalam polling online yang dilakukan antara 9 Mei dan 15 Mei, yang juga memiliki interval kredibilitas, ukuran akurasi, plus minus dua poin persentase.
Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang percaya pada hasil buruk AI adalah tiga kali lipat jumlah mereka yang tidak percaya.
Sementara 61 persen responden percaya bahwa AI menimbulkan risiko bagi umat manusia, 22 persen tidak setuju, sementara 17 persen tidak yakin, kata jajak pendapat Reuters/Ipsos. Namun, ada juga beberapa industri yang mengatakan bahwa orang juga harus memahami manfaat AI.
“Kekhawatirannya sangat sah, tapi saya pikir apa yang hilang dalam dialog secara umum adalah mengapa kita melakukan ini sejak awal?” kata Sebastian Thrun, seorang profesor ilmu komputer di Stanford yang juga mendirikan Google X, lapor Reuters.
Dia berbicara tentang bagaimana AI akan meningkatkan kualitas hidup manusia dan membantu mereka menjadi lebih kompeten dan lebih efisien.
Demikian pula, Altman juga berbicara tentang bagaimana AI juga bermanfaat bagi masyarakat dan mengatakan bahwa pada waktunya, AI generatif yang dikembangkan oleh OpenAI akan mengatasi beberapa tantangan terbesar umat manusia, seperti perubahan iklim dan menyembuhkan kanker.
(***)