Mualaf Theresa Corbin, Terpikat dengan Konsep Islam yang Sempurna Tentang Tuhan
RIAU24.COM - Theresa Corbin menceritakan bagaimana kisah mula pencarian Tuhan hingga memutuskan bersyahadat dan berhijab. Corbin adalah wanita Amerika kreol Prancis, yang masuk Islam pada 2001.
Di masa mudanya, Corbin membayangkan Tuhan sebagai seorang lelaki tua berjubah putih panjang dan berjanggut putih. Lelaki tua itu hidup di awan dan selalu ada dalam pikirannya. Ia sadar bahwa ia mencintai Tuhan.
zxc1
"Saya mencintai Tuhan seperti yang hanya bisa dilakukan oleh seorang anak kecil, secara alami, tanpa peduli. Saya tidak tahu lebih banyak dari gambaran ini dan bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta, Pencipta saya," kata dia, seperti dilansir About Islam, Ahad (7/5/2023).
Ketika usianya semakin bertambah, Corbin semakin mempertanyakan banyak hal tentang citra Tuhan.
Dia bertanya-tanya mengapa Tuhan adalah manusia, dan mengapa Tuhan tidak lebih dekat dengan manusia untuk mengetahui apa yang terjadi di sini.
Selama perenungannya terhadap Tuhan Sang Pencipta, Corbin dituntun ke Islam, di mana dirinya belajar lebih banyak dari yang pernah ia pikirkan tentang Tuhan.
"Saya belajar bahwa tidak ada visualisasi saya tentang Tuhan yang benar," katanya.
Corbin menyadari, Tuhan bukanlah laki-laki atau perempuan. Dualitas dan kebutuhan yang tersirat dari kedua jenis kelamin tidak masuk akal bila diterapkan pada Dia Yang benar-benar unik dan bebas dari kebutuhan.
Adapun kata ganti yang digunakan untuk menggambarkan Allah hanya cerminan kegagalan bahasa manusia untuk merangkum Yang Ilahi.
"Saya belajar bahwa Tuhan tidak mengambang di atas awan jauh dari masalah kita. Tapi Dia dekat. Meskipun Dia berada di atas singgasana-Nya, Dia lebih dekat dengan kita bahkan daripada urat leher kita sendiri karena Dia tahu apa yang ada di dalam hati kita," tuturnya.
Jauh dari gambaran mental tentang Tuhan semasa kecilnya, Corbin belajar Allah benar-benar di luar imajinasi manusia. Tuhan tidak dapat dimasukkan ke dalam kotak yang diciptakan oleh pikiran manusia.
"Saya kagum sekaligus bingung dengan redefinisi tentang siapa Allah itu. Memikirkan Tuhan di luar imajinasi saya menciptakan tempat yang tidak nyaman dalam pikiran saya. Saya berjuang untuk menahan keinginan membayangkan gambaran fisik tentang Allah. Ini adalah kecenderungan manusia untuk ingin mendefinisikan sesuatu, ingin menaruh wajah pada sebuah nama," jelasnya.
Dalam proses pemahaman tersebut, Corbin menyadari, bergantung pada deskripsi fisik tentang Tuhan ini tidak ada gunanya. Karena, dengan memiliki satu kualitas fisik atau lainnya membuat, justru membuat dirinya tidak tahu siapa sebenarnya Pencipta Yang Kekal itu.
Hingga kemudian, Corbin menemukan jawabannya, yang ada dalam Surat Al Baqarah ayat 115. "Dan milik Allah timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah Mahaluas, Mahamengetahui." (QS Al Baqarah ayat 115)
Juga dalam Surat Al Fath ayat 10, yang menyiratkan tentang adanya tangan Allah SWT. "Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar."
Namun Corbin mengakui, imajinasi maupun pikiran manusia tidak bisa memahami perwujudan tangan Allah SWT. Karena tidak mampu menggambarkan Tuhan secara fisik, Corbin pergi menuju pemahaman yang lebih dalam.
"Tidak mampu merangkum Tuhan dalam pemahaman manusia tentang keberadaan fisik tidak memberi saya pilihan lain selain bergerak melewati fisik dan menuju pemahaman yang lebih dalam. Aku harus mengandalkan pemahamanku tentang Tuhan sebagai Pencipta sekali lagi untuk menemukan kebenaran," paparnya.
Corbin mengalihkan pikirannya dengan menaruh perhatian pada ciptaan Allah, dalam proses pemahamannya terhadap Surat Ar Rum ayat 7-8.
"Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia, sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai. Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya." (QS Ar Rum ayat 7-8)
"Saya mengamati ciptaan untuk mengenal Sang Pencipta. Saya melihat ke arah matahari terbenam dan keindahan warnanya, mengetahui bahwa hanya Tuhan yang dapat menciptakan sesuatu yang begitu menakjubkan. Melalui bagian penciptaan ini, saya memahami kebenaran pernyataan Nabi bahwa Allah itu indah dan mencintai keindahan (HR Muslim)," kata Corbin.
Penulis 'The Islamic, Adult Coloring Book' itu juga mengamati kesempurnaan waktu dan bagaimana waktu tidak pernah melompat atau berbalik. "Bahwa tidak lain adalah Tuhan yang dapat menciptakan mekanisme yang begitu menakjubkan dan konstan ini," jelasnya.
Sebagaimana terkandung dalam Asmaul Husna, Allah adalah Yang Mahakuasa (Al-Qadir), dan Yang Mahapencipta (Al Baari). Corbin juga mengamati bahwa di dalam tubuhnya terdapat sistem yang bekerja dalam keseimbangan dan menyembuhkan dirinya sendiri. Dan inilah Al-Mushowwir, yakni Yang Mahaperancang bentuk.
Adapun cinta, Corbin merasakan hubungan yang mendalam dengan Allah, dengan sifat Al Waduud, Yang Mahamengasihi. Sedangkan kasih sayang ibu kepada anaknya, bersumber dari Ar Rahman (Yang Mahapengasih) dan Ar Rahim (Yang Mahapenyayang).
"Melalui ciptaan Tuhan dan sifat-sifat-Nya, saya mengenal Tuhan, bukan sebagai orang tua yang tinggal jauh di awan, tetapi sebagai entitas yang sangat kuat dan tak terduga yang sangat halus dan sangat jelas," paparnya.
Hati dan pikiran Corbin beralih dari fisik ke hubungan emosional yang mendalam dengan Tuhan, yang hanya dapat dipahami oleh manusia melalui manifestasi ciptaan-Nya dan kualitas-kualitas superlatif-Nya. "Dalam kesadaran saya akan semua ini, saya menemukan Tuhan, (Yang) Al Hadi, Yang Mahapemberi petunjuk," terangnya.
(***)