Menu

Babi yang Diekspor ke Singapura dari Kepri Dipastikan Mengidap Virus Demam Babi Afrika

Amastya 3 May 2023, 13:43
Pihak berwenang menguji sampel babi dari peternakan di Pulau Bulan, di Provinsi Kepulauan Riau /AFP
Pihak berwenang menguji sampel babi dari peternakan di Pulau Bulan, di Provinsi Kepulauan Riau /AFP

RIAU24.COM - Pihak berwenang Indonesia pada hari Selasa mengonfirmasi bahwa babi yang dipasok ke Singapura dari sebuah peternakan terinfeksi virus demam babi Afrika (ASF).

Sampel babi dari peternakan di Pulau Bulan di provinsi Kepulauan Riau (Kepri) telah diuji, yang mencakup sekitar 15 persen dari total pasokan daging babi di Singapura.

Honismandri, seorang pejabat otoritas veteriner di provinsi Kepulauan Riau mengungkapkan bahwa jenis virus baru mungkin telah menginfeksi babi karena gejalanya bervariasi dari kasus sebelumnya yang ditemukan di Sumatera Utara dan daerah lain di Indonesia.

“Mereka tidak mengalami diare atau mengalami pendarahan. Babi mungkin telah terinfeksi oleh babi hutan atau burung gagak yang bermigrasi dari pulau lain di dekatnya," kata Honismandri seperti dikutip The Straits Times.

Honismandri menambahkan peternakan telah ditutup dan semua pengiriman babi hidup dan daging babi segar dari pulau itu telah ditangguhkan. Khususnya, Singapore Food Agency (SFA) telah menghentikan impor babi bulan lalu dari pulau tersebut.

"Karena situasi saat ini, akan ada gangguan sementara pada pasokan daging babi yang baru disembelih mulai 23 April dan seterusnya," kata SFA dalam sebuah pernyataan.

"SFA bekerja sama dengan RPH untuk membersihkan tempat dan lingkungan sekitarnya setelah pemotongan babi yang saat ini berada di RPH telah selesai, serta untuk menjaga langkah-langkah biosecurity di RPH," imbuh lembaga tersebut.

Apa itu demam babi Afrika?

African swine fever (ASF) merupakan penyakit yang sangat ganas dan menular pada babi yang angka kematiannya bisa mencapai 100 persen. Namun tidak menginfeksi manusia.

Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) telah menyatakan bahwa ASF diam-diam menjadi krisis besar bagi industri daging babi dalam beberapa tahun terakhir. Tidak ada vaksin yang efektif untuk penyakit ini dan tidak hanya mempengaruhi kesehatan hewan tetapi juga berdampak buruk pada keanekaragaman hayati

“Virus ini sangat resisten di lingkungan, artinya dapat bertahan di pakaian, sepatu bot, roda, dan bahan lainnya. Virus ini juga dapat bertahan di berbagai produk daging babi, seperti ham, sosis, atau bacon,” demikian pernyataan WOAH dalam laporannya.

Penyakit ini telah menyebar ke banyak negara di Asia, Karibia, Eropa, dan Pasifik, yang menyerang babi domestik dan liar.

(***)