RIAU24.COM -Buku pelajaran sejarah untuk anak sekolah di China, menjelaskan tentang respon pendemi covid di negera itu untuk pertama kalinya memicu perdebatan di media sosial. 

Para pemimpin Partai Komunis China mengumumkan "kemenangan yang menentukan" atas virus tersebut pada awal tahun ini.

Namun, negara itu juga dituduh tidak transparan dalam membagikan data virus corona.

Sebuah klip pendek yang memperlihatkan paragraf buku pelajaran sejarah untuk siswa kelas delapan di Douyin, TikTok versi domestik China, mulai menjadi tren pada Rabu (26/4/2023).

"Sudah tertulis di buku sejarah,” bunyi postingan video yang diunggah oleh pengguna yang tampaknya seorang guru sejarah.

Salinan buku tersebut, yang diterbitkan oleh penerbit buku teks utama negara tersebut, People's Education Press, telah diperoleh oleh BBC. Referensi Covid muncul di bagian yang menampilkan "perubahan dalam kehidupan sosial".

Di samping paragraf yang menjelaskan peningkatan pendapatan orang Tionghoa dan perubahan gaya hidup sejak negara itu dibuka pada tahun 1970-an, sebuah kotak teks menyebutkan "perang melawan Covid".

"Negara kami berpegang pada supremasi rakyat dan kehidupan ... melindungi keselamatan dan kesehatan jiwa rakyat sampai batas terbesar," bunyinya.

"Kami mencapai prestasi besar dalam mengoordinasikan pencegahan dan pengendalian pandemi,” lanjutnya.

Segera setelah dimulainya pandemi pada 2020, China mengadopsi kebijakan "nol-Covid" yang ketat yang memungkinkan pihak berwenang menerapkan penguncian dan memaksa orang masuk ke kamp karantina.

Sebagian besar pembatasan dicabut pada Desember setelah protes meluas di negara itu terhadap kebijakan tersebut.

Narasi buku teks menggemakan deklarasi kemenangan para pemimpin China atas virus, tetapi banyak orang bertanya apakah itu mengandung seluruh kebenaran.

"Apakah ada yang menyebutkan bagaimana itu berakhir?" seorang pengguna berkomentar di Douyin, di mana topik "Buku teks sejarah mencakup respons Covid" telah dilihat lebih dari lima juta kali.

China mengklaim memiliki salah satu tingkat kematian Covid terendah di dunia. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada 120.923 kematian di negara itu sejak 3 Januari 2020.

(***)