Kisah Kusni Kasdut Pilih Rampok Museum KPK karena Hal Ini
Kegagalan rencana Kusni Kasdut merampok Ali Badjened membuatnya memikirkan rencana perampokan besar nan fenomenal lainnya. Museum Nasional jadi target berkutnya. Bagi Kusni Museum yang lebih dikenal sebagai Museum Gajah ini menyimpan kekayaan yang tak sedikit. Bahkan, tak ternilai harganya.
Kusni Kasdut mengetahui hal itu karena dirinya telah lama melakukan riset terkait isi museum. Semua benda pusaka yang terbuat dari emas, berlian, hingga permata menggiurkannya. Rencana perampokan itu dimatangkan olehnya. Tujuannya tak lain supaya belajar dari kesalahan yang sudah-sudah.
Aksi perampokan itu dilangsungkan pada 31 Mei 1961. Kusni Kasdut bersama koleganya –Herman, Budi, Sumali—melakukan aksi dari sebuah rumah di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Strategi yang mereka buat adalah mencoba menyamar sebagai polisi.
Demi mendukung aksinya, mereka menyiapkan sebuah jeep curian dengan plat nomor yang dipalsukan. Tak lupa, masing-masing membekali diri dengan sejata api dan belati.
Kasdut dan kawan-kawan lalu bertandang ke Museum Gajah pagi hari. Petugas museum memberikan jalan kepada petugas polisi, sekalipun heran dengan kedatangan polisi ke museum. Mereka pun mencoba bertindak layaknya pengunjung biasa. Segala macam benda-benda bersejarah diamatinya dengan seksama. Akhirnya pun tiba. Penjagaan yang lengah oleh petugas museum menjadi peluang kelompok Kusni Kasdut beraksi dan mengambil ragam koleksi dari Ruang Pustaka.
Rencana itu nyaris berantakan karena di dalam Ruang Pustaka terdapat dua petugas yang curiga dengan aktivitas mereka. Senjata pun ditodongkan. Setelahnya, Kusni Kasdut dengan sigap segera membobol lemari pajangan tempat emas dan berlian. Konon, barang bersejarah dari cincin, berlian, dan subang itu mencapai Rp2,5 miliar.