AS Desak Korut Batalkan Peluncuran Satelit Militer
RIAU24.COM - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendesak Korea Utara (Korut) membatalkan peluncuran satelit militer pertamanya. AS menyarankan Korut dapat menggunakan proyek tersebut untuk memajukan program rudal balistiknya, meski mengklaim peluncuran uji coba apa pun akan melanggar resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
“Di bawah langkah-langkah sebelumnya yang diberlakukan oleh PBB, Korea Utara dilarang melakukan uji coba rudal,” ungkap juru bicara Departemen Luar Negeri AS melansir dari Yonhap News pada Kamis.
Dia menambahkan, “Kendaraan peluncuran luar angkasa (SLV) menggabungkan teknologi yang identik dengan, dan dapat dipertukarkan, dengan yang digunakan dalam rudal balistik.”
“Setiap peluncuran DPRK (Korut) yang menggunakan teknologi rudal balistik, yang akan mencakup SLV, melanggar berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB,” tambah pejabat itu.
Pyongyang pertama kali mengumumkan penyelesaian satelit pengintaian baru awal pekan ini, dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan peluncuran adalah prioritas utama militer dan dapat dilakukan pada akhir bulan.
"Kepemilikan satelit semacam itu adalah tugas utama yang harus dipenuhi untuk memperkuat angkatan bersenjata DPRK,” papar laporan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
Satelit mata-mata diluncurkan segera setelah Korea Utara menguji senjata baru lainnya, rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat yang dijuluki Hwasong-18. Menurut para pejabat, rudal itu akan membantu kemampuan serangan balik nuklir DPRK.
Sementara Washington telah berulang kali mendesak Pyongyang menghentikan uji senjatanya, Korea Utara telah melakukan sejumlah peluncuran rudal dalam beberapa bulan terakhir. Korut mengutip "postur militer anti-DPRK" oleh AS dan Korea Selatan dalam latihan perang disertai penembakan peluru aktif selama setahun terakhir.
Korut telah mengecam latihan gabungan itu sebagai persiapan untuk serangan, meskipun AS mengklaim itu murni bersifat defensif. Pejabat AS juga telah memperingatkan tentang uji coba nuklir Korea Utara di masa depan selama beberapa bulan.
Kepala Pasukan AS di Korea, Jenderal Paul LaCamera, mengatakan kepada anggota parlemen pada Kamis bahwa “bukan masalah ‘jika’ DPRK akan meledakkan perangkat nuklir lain, tapi ‘kapan’."
Meskipun uji coba sebelumnya tidak dipublikasikan sebelumnya, Korea Utara belum mengumumkan rencana untuk uji coba semacam itu. Korut menegaskan haknya untuk mengembangkan persenjataan militernya guna mengatasi ancaman terhadap keamanannya, termasuk senjata nuklir.