Curhatan Mahasiswa RI di Sudan, Alami Krisis Pangan, Listrik dan Air
RIAU24.COM - Mahasiswa Indonesia di Sudan curhat mengalami kesulitan logistik berupa pasokan pangan, listrik, dan air selama Perang Sudan.
Ketua Ikatan Mahasiswa Indonesia (IMI) Sudan, Abdurrahman, mengatakan salah satu kendala yang dialami warga negara Indonesia (WNI) adalah pasokan pangan, sebagai imbas menipisnya stok makanan karena konflik.
"Yang jadi permasalahan adalah uang yang ada sekarang tidak bisa mengakomodir seluruh logistik. Bukan karena uangnya kurang, tapi persediaan logistik di Sudan sudah mulai menipis," kata Abdurrahman kepada CNN Indonesia, Kamis (20/4).
Selain kekurangan pangan, WNI di Sudan juga mengalami krisis air dan listrik. Namun setelah lima hari pemadaman, listrik kini sudah kembali normal.
"Saat ini kami mengalami krisis bahan pangan, krisis air dan listrik. Kemarin sudah terjadi, pemadaman kurang lebih selama 5 hari, alhamdulilah hari ini sudah dialirkan ke beberapa titik yang menjadi pemadaman," ujar Abdur.
Meskipun di tengah situasi konflik dan bertepatan dengan Ramahan, ia dan para WNI tetap menjalankan ibadah puasa dengan menu sahur dan buka puasa alakadarnya.
Warga yang kini berada di Sudan tersebar di wilayah Arkawit, Makmuroh, dan area asrama internasional Universitas Internasional Afrika di Khartoum.
Asrama itu berdekatan dengan lokasi konflik awal, yang menjadi lokasi tinggal mayoritas orang Indonesia di Sudan. KBRI Khartoum juga sudah mengimbau para WNI untuk tetap berdiam diri sebelum konflik mereda.
Memasuki hari ke enam konflik Sudan, Abdur mengatakan WNI termasuk sejumlah mahasiswa yang berada di Sudan berada dalam kondisi selamat.
"Kami warga RI dalam kondisi selamat dan kondisi puasa, alhamdulillah," tutur Abdu.
Sebelumnya, Kedutaan Besar RI (KBRI) di Khartoum, Sudan, mengevakuasi 15 WNI ke tempat perlindungan atau safe house pada Kamis (19/4).
Mereka dievakuasi dari ibu kota Khartoum saat KBRI mengirim bantuan logistik. Mayoritas WNI itu terdiri dari keluarga yang mempunyai anak kecil atau bayi serta ibu hamil.
KBRI Khartoum hingga kini terus melakukan kontak dengan WNI di Sudan untuk memastikan keselamatan mereka. KBRI juga menyediakan hotline yang bisa dihubungi, yakni: + 249-907978701, +249- 900079060, dan +249 900105466.
Konflik yang terjadi di Sudan melibatkan pasukan militer dan paramiliter Rapid Support Forces (RFS) akibat perebutan kekuasaan. Kedua pasukan militer itu saling mengerahkan tank, artileri, dan senjata berat lainnya di daerah padat penduduk.
(***)