Menu

Mengenal Sejarah Menara Saidah yang Jadi Viral Karena Orderan Fiktif Para Ojol

Devi 20 Apr 2023, 17:06
Mengenal Sejarah Menara Saidah yang Jadi Viral Karena Orderan Fiktif Para Ojol
Mengenal Sejarah Menara Saidah yang Jadi Viral Karena Orderan Fiktif Para Ojol

RIAU24.COM Menara Saidah kembali viral di media sosial Twitter baru-baru ini. 

Hal tersebut berkat unggahan seorang warganet melalui akun Twitter ini, Selasa (18/4/2023), yang membagikan cerita seorang ojek online (ojol) yang menerima pesanan fiktif di dekat Menara Saidah

"Emang Menara Saidah semengerikan itu ya? " tulis pengunggah. 

Ia lalu bercerita, driver ojol yang ia tumpangi mengaku pernah mendapatkan penumpang fiktif dari makhluk gaib di sekitar lokasi gedung itu. 

Driver tersebut bahkan mengaku dibayar dengan daun.

Akibat kejadian ini, si pengemudi ojol bahkan terpaksa libur bekerja karena trauma.

Menanggapi unggahan tersebut, warganet lainnya ikut berkomentar dengan menyebut Menara Saidah memang menyeramkan. 

Hingga kini, unggahan itu telah tayang sebanyak 3,2 juta kali, disukai 43.500 pengguna Twitter, dan dibagikan 3.890 kali. 

Lalu, bagaimana sejarah Menara Saidah

Dilansir dari arsip resmi perusahaan pengembangnya, Menara Saidah merupakan gedung bergaya arsitek Romawi dengan 30 lantai yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. 

Gedung ini merupakan bangunan berlantai tinggi pertama yang dibangun oleh PT Hutama Karya selaku pihak pengembang.

Butuh waktu sekitar empat tahun untuk menyelesaikan gedung yang dibangun sejak 1995 sampai dengan 1998 ini. 

Menara Saidah dihiasi beragam ornamen di bagian luar maupun dalamnya.

Patung-patung gaya Romawi yang langsung diimpor dari Itali merupakan ciri kas gedung tersebut. 

Pada langit-langit lobi, terdapat sentuhan ala Las Vegas yang nuansanya bisa diganti-ganti. 

Dilansir dari Kompas.com, PT Hutama Karya membangun gedung perkantoran tersebut mulai 1995 hingga 1998.

Dulu, bangunan ini bernama Gracindo dan diperkirakan menelan biaya pembangunan hingga Rp 50 miliar.

Pemilik pertama gedung itu adalah Mooryati Sudibyo dari PT Mustika Ratu. Namun, gedung tersebut dilelang pada 1995. 

Keluarga Saidah memenangi pelelangan tersebut. Fajri Setiawan selaku anak kelima Nyonya Saidah resmi menjadi penerima hasil lelang. 

Gedung itu lalu direnovasi dan diubah namanya menjadi Menara Saidah

Nama Saidah berasal dari nama pemiliknya, Saidah Abu Bakar Ibrahim. 

Saidah Abu Bakar Ibrahim diketahui merupakan mertua dari artis senior Inneke Koesherawati. 

Hasil renovasi Menara Saidah membuat jumlah lantai gedung itu bertambah dari hanya 15 menjadi 28 lantai atau hampir dua kali lipatnya. 

Penggunaan Menara Saidah Menara Saidah sempat menjadi Sekretariat Panitia Pemilihan Umum (PPU) 1999. Selanjutnya, gedung ini menjadi kantor Kementerian Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia.

Saat ini, kementerian tersebut merupakan Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal, dan Transmigrasi.

Sayangnya, gedung tinggi itu kemudian resmi ditutup pada 2007. Keputusan ini diduga muncul karena bangunannya miring beberapa derajat.

Kondisi tersebut dikhawatirkan akan membahayakan keselamatan penghuni gedung. Dari situ, muncul anggapan bahwa konstruksi Menara Saidah bermasalah sejak awal. 

Meski begitu, pihak pemilik atau Suku Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B) tidak memberikan penjelasan.

Anggapan itu dibantah PT Gamlindo Nusa selaku pihak pengelola Menara Saidah.

Menurut perusahaan, gedung itu sengaja dikosongkan sampai masa sewa penghuni lama habis. Ini karena skema penyewaan gedung ke calon penyewa berikutnya meliputi satu gedung secara keseluruhan. 

Warga sekitar mengaku bahwa sempat ada kegiatan renovasi di Menara Saidah pada pertengahan 2015. 

Sayangnya, renovasi terhenti setelah dilaksanakan selama dua bulan. 

Setahun kemudian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sempat berencana mengambil alih Menara Saidah pada 2016. 

Wakil Gubernur DKI Jakarta saat itu, Djarot Saiful Hidayat, mengungkapkan bahwa gedung tersebut dalam sengketa.

 "(Menara) Saidah itu sudah sengketa ramai dan katanya (gedungnya) miring," kata Djarot di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (17/10/2016). 

Jika pemiliknya bersengketa, Pemprov DKI Jakarta dapat masuk dan memanfaatkan gedung tersebut. 

Menurut dia, Menara Saidah yang lama tidak dimanfaatkan itu sebenarnya dalam keadaan baik. 

"Tapi lama enggak dimanfaatkan, akhirnya jadi rumah hantu. Kalau masalah gedung seperti itu, bisa kami manfaatin, selama belum inkracht (keputusan tetap)," ujar Djarot. 

Ia kemudian menginstruksikan Dinas Penataan Kota agar mengaudit Menara Saidah dan mempelajari sengketa kepemilikan bangunan tersebut. 

Selain dari Pemprov DKI Jakarta, Menara Saidah juga pernah ditawar oleh Universitas Satyagama pada tahun 2011. 

Namun, tidak terjadi pemindahan kepemilikan karena pemiliknya tidak bersedia menunjukkan gambar struktur gedung itu. 

Hingga kini, Menara Saidah masih tidak difungsikan dan terlihat mangkrak. 

Gedung itu dikelilingi pagar seng dan dijaga oleh beberapa satpam. ***