Dua Turis AS Kabur Dari Bali, Usai Temukan AirTag di Tasnya
RIAU24.COM - Dua turis asal Australia yang tengah berlibur ke Bali buru-buru membatalkan liburan mereka dan pulang ke negara asalnya setelah menemukan perangkat AirTag di dalam tas mereka.
AirTag merupakan perangkat kecil bikinan Apple yang dapat disematkan ke berbagai macam benda, mulai dari kunci, dompet, hingga ponsel.
Fungsi perangkat ini dijadikan sebagai alat penanda dan pelacakan ketika sebuah benda hilang.
Namun, acap kali AirTag juga dipakai untuk menguntit seseorang.
AirTag itulah yang ditemukan dalam tas yang dibawa Emily Sinclair dan Jane. Keduanya baru menyadari ada AirTag di tas yang dibawa saat berada di pantai Amed.
Mereka mendengar bunyi aneh yang keluar di salah satu tas.
Ketika diselidiki, terdapat AirTag di bagian saku tas depan milik Jane.
Saku tas itu bisa diakses dengan mudah oleh siapa saja, bukan saku tas yang bisa dikunci/diritsleting.
Menurut pengakuan mereka, Sinclair dan Jane tidak memiliki perangkat Apple, apalagi AirTag.
Setelah menyadari adanya AirTag, mereka langsung mencopot baterai perangkat untuk mematikan alat pelacakan, dan menghindari kejahatan yang tidak diinginkan.
Seperti yang disebut di atas, AirTag dipasangi alarm yang bisa mengeluarkan bunyi untuk melacak benda yang hilang.
Cara melacak AirTag bisa diakses menggunakan aplikasi “Find My” yang tersedia untuk perangkat iOS.
Melihat kejanggalan tersebut, Sinclair menduga bahwa praktik tersebut ditujukan untuk menguntit keberadaan mereka.
Sinclair juga meyakini AirTag tersebut diletakkan oleh seseorang saat mereka berada di bandara kedatangan.
“Kami langsung mengeluarkan baterai dan ternyata di baterainya ada tulisan buatan Indonesia. Kami meyakini bahwa (AirTag) itu diletakkan ke dalam tas Jane di bandara kedatangan (Bali),” jelas Sinclair.
“Kami berdua adalah turis yang sangat berpengalaman, berhati-hati, dan tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Kami tidak pernah meninggalkan tas kami (yang bergaya backpacking) dan tas depan kami terkunci,” lanjutnya.
Kejadian ini pun mengganggu agenda libur Sinclair dan Jane. Dikarenakan merasa tidak aman, keduanya memutuskan untuk meninggalkan pantai Amed dan pergi ke Kuta menggunakan taksi, sebagaimana dirangkum dari 7 News, Jumat (31/3/2023).
Setelah menempuh perjalanan selama tiga jam, sampailah mereka di Kuta, wilayah yang lebih ramai dan dianggap lebih aman sehingga bisa jadi solusi untuk menjauhkan diri dari lokasi penguntit.
Namun, usai mengubah rencana liburan, kekhawatiran itu tampaknya masih menghantui mereka.
Keduanya pun memutuskan untuk membeli tiket pesawat dan kembali ke Australia.
"Kami seharusnya pulang ke Australia pada 1 April, tetapi kami membayar (lagi) untuk mengubah penerbangan kami di Senin (27/3/2023) pagi karena seluruh suasana liburan menjadi tidak nyaman. Kami tidak bisa rileks atau merasa aman,” ujar Sinclair.
Panduan keselamatan Apple Saat AirTag dirilis pertama kali pada 2021, Apple sesumbar bahwa AirTag telah dilengkapi fitur anti-penguntit.
Namun, pada Desember 2022, kepolisian Colorado, Georgia, Michigan, dan Texas melaporkan bahwa AirTag digunakan dalam kasus penguntitan dan percobaan pencurian mobil.
Apple langsung merespons lewat rilis “Panduan Keselamatan Pribadi Pengguna (Personal Safety User Guide untuk AirTag”.
Menurut pihak perusahaan, panduan tersebut dirancang untuk membantu pengguna mengalami penyalahgunaan, penguntitan, atau pelecehan yang memanfaatkan teknologi AirTag.
"Jika Anda memberikan akses data pribadi ke seseorang dan sekarang ingin membatasinya atau jika Anda khawatir seseorang yang memiliki akses ke perangkat maupun akun Anda membuat perubahan tanpa izin, panduan ini menawarkan solusi untuk membantu Anda kembali mendapatkan kontrol," demikian kata Apple dalam situs resminya.
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah panduan mengatasi AirTag yang "nakal" atau AirTag yang menguntit tanpa sepengetahuan pengguna. Apple juga merinci cara lain yang bisa digunakan pengguna untuk menjaga keselamatan pribadi. ***