Calon Bos Pertamina Ini Pilih Resign dan Geluti Bisnis Air Mineral
RIAU24.COM - Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang berminat untuk menjadi pegawai Pertamina.
Tak terkecuali Kwa Sien Biauw alias Tirto Utomo ingin juga bekerja di sana.
Setelah lulus dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada 1959, Tirto bergegas mengirim lamaran kepada Pertamina dan diterima.
Di Pertamina, ia menduduki posisi penting.
Menurut Sam Setyautama dalam Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia (2008:136), Tirto Utomo bekerja langsung di bawah Jenderal Pattiasina (Direktur Operasional Pertamina) dan memegang jabatan sebagai humas, pemasaran, administrasi, penanganan hukum dan kebudayaan.
Melalui kedudukan itu, hidup Tirto terhitung sangat terjamin. Terlebih ia akrab dengan bos Pertamina dan diprediksi bakal jadi bos selanjutnya di masa depan. Namun, takdir berkata lain.
Suatu hari, acara BUMN mengalami kejadian tidak mengenakkan.
Saat negosiasi bagi hasil minyak antara Pertamina dengan sebuah perusahaan Amerika Serikat, istri dari Bos perusahaan AS itu sakit perut. Acara langsung berantakan.
Bos-bos Pertamina dilanda rasa malu teramat, begitu pula Tirto Utomo.
Setelah diselidiki, penyebabnya adalah karena air yang diminum tidak bersih.
Sebagai humas, Tirto kemudian sadar kalau orang asing tidak terbiasa minum air rebusan. Mereka biasa minum air filterisasi yang steril.
"Lalu saya berpikir, bagaimana menyediakan air bersih dalam botol yang praktis," sebut Tirto Utomo, seperti dikutip Muhammad Ma'ruf dalam 50 Great Business Ideas From Indonesia (2010:37).
Mengutip Sepak Terjang Pengelolaan Bisnis Perusahaan Air Mineral Terkemuka terbitan Tempo, Tirto lantas tertarik mendirikan pabrik air minum sehat yang sesuai dengan standar World Health Organization (WHO), yakni air minum dalam kemasan (AMDK).
AMDK lazim dijumpai di negara maju. Bahkan negara tetangga Indonesia, yakni Thailand sudah punya produk AMDK bermerek Polaris yang sudah berjalan 16 tahun.
Atas dasar inilah Tirto dan saudara-saudaranya ingin membuat AMDK pertama Indonesia.
Tirto Utomo pun mengutus adiknya, Slamet Utomo untuk magang belajar di Polaris.
Selama proses belajar itulah, Polaris banyak memberi ide dan inspirasi.
Purwarupa AMDK buatan Tirto mirip seperti Polaris, yakni berukuran 500 mililiter (ml) dalam botol kaca dan merek dagangnya adalah Puritas yang mengindikasikan kemurnian air produksinya.
Beranjak dari situ, bermodal Rp150 juta Tirto mulai mendirikan pabrik di bekas sawah kawasan Pondok Ungu, Bekasi, pada 1973. Pada tahun ini pula dia mengundurkan diri dari Pertamina, padahal kariernya sangat cerah di sana.
Setahun kemudian, pabrik itu resmi beroperasi dengan nama PT Golden Mississippi dan memasarkan produk AMDK pertama di Indonesia dengan merek Aqua.
Pabrik itu dioperasikan oleh 38 karyawan dan mampu menghasilkan 36 botol berukuran 500 ml setiap menit.
Sumber airnya berasal dari sumur artesis yang disaring lewat lima tahapan.
Harga yang dipasarkan sebesar Rp75, lebih mahal dibanding harga bensin sebesar Rp 6 seliter. Alhasil, produknya tidak bisa dijangkau oleh masyarakat biasa.
Saat memasarkan Aqua, Tirto sempat ditertawakan oleh masyarakat, "Bisa-bisanya ada orang yang menjual air mineral. Padahal orang bisa dapat gratis,".
Namun, hal itu tidak menjadi permasalahan baginya.
Sebab, target pasar Aqua adalah orang-orang asing di Indonesia. Meski harganya mahal, Aqua terbukti laku.
Namun, Tirto harus berputar otak untuk bisa menjangkau masyarakat biasa.
Pada 1982, Tirto menemukan sumber air baru di pegunungan Ciawi. Sejak itulah, dia beralih dari sumur ke mata air pegunungan.
Perubahan ini membuat Aqua melakukan branding ulang.
Kemasannya jadi ada gambar gunung dan slogannya berubah menjadi "air mineral pegunungan".
Berkat hal tersebut, harga Aqua mulai murah dan dapat dijangkau masyarakat.
Penjualan Aqua semakin meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi kemunculan produk di iklan dan sponsor acara besar.
Sejak saat itu, Aqua menjadi raja AMDK di Indonesia dan menginspirasi perusahaan lain membuat produk AMDK penantang Aqua.
Meski begitu, Aqua tetap merajai pasar Indonesia dan menjadi kata ganti untuk menyebut air minum dalam kemasan. Keberhasilan Aqua ini membuatnya dilirik perusahaan asal Prancis, Danone.
Pada September 1998, Danone resmi membeli mayoritas saham Aqua. Tercatat, Danone memiliki 40% saham Tirta Investama dan menambahnya menjadi 74% pada tahun 2001.
Seluruh perdagangan saham ini tercatat di Bursa Efek Jakarta lewat PT Aqua Golden Mississippi (AQUA). Lalu pada 1 April 2011, AQUA resmi delisting atau keluar dari bursa saham.
Upaya menarik diri ini tidak menggoyahkan takhta Aqua, tetap saja AMDK pertama ini jadi raja di Indonesia.
Dan keberhasilan menduduki posisi teratas selama puluhan tahun adalah buah keringat dari Tirto Utomo yang meninggal 16 Maret pada 29 tahun lalu. ***