Warga Myanmar Dipaksa Ikut Milisi Via Undian, Akan Bertempur Lawan Pemerintah
RIAU24.COM - Warga di sejumlah desa di Myanmar mendapatkan "kejutan" berupa undian untuk dipaksa masuk kelompok milisi yang bertempur melawan pemerintah.
Acara lucky draw tersebut digelar Pyu Saw Htee, kelompok milisi, namun mereka membela junta militer. Kelompok itu bertempur melawan Pasukan Pertahanan Rakyat (People's Defense Force) yang melawan junta militer, serta para milisi lainnya.
Menurut laporan Radio Free Asia (RFA), Jumat (17/3/2023), para peserta undian disuruh berkumpul kemudian undian dilakukan. Mereka juga dikelilingi para tentara milisi di undian tersebut.
Pyu Saw Htee didirikan oleh junta militer untuk melawan pihak-pihak yang tak menurut kepada rezim mereka.
"Mereka memaksa kami bergabung ke milisi Pyu Saw Htee," ujar seorang warga di Kyun Hla, daerah Sagaing utara.
"Mereka bilang jika ada dari kita yang ingin bergabung akan disambut, tetapi jika tidak ada yang mau bergabung, mereka akan menggelar undian dan mereka yang menang harus bergabung ke latihan mereka, sementara yang tidak menang harus membayar," ujar laki-laki yang meminta identitasnya dirahasiakan.
RFA melaporkan bahwa hampir semua warga yang mereka wawancara ogah direkrut paksa, serta tak ingin berhubungan dengan Pyu Saw Htee.
Undian itu ternyata dilakukan di berbagai desa, mereka yang kalah undian disuruh bayar. Warga-warga desa Myanmar lantas ada yang memilih kabur dari tempat tinggal mereka karena tidak ingin ikut-ikutan kelompok tersebut.
Seperti diketahui, Genosida terhadap kaum Rohingya berlangsung selama dua periode, yakni di Oktober 2016 hingga Januari 2017 dan yang masih terjadi hingga saat ini sejak Agustus 2017.
Doctors Without Borders mengabarkan pada Desember 2017 sedikitnya 10.000 orang Rohingya telah terbunuh oleh tentara Myanmar dan warga mayoritas di negara itu.
Tentara Myanmar juga telah menghancurkan sedikitnya 392 desa Rohingya di negara bagian Rakhine serta melakukan kekerasan seksual terhadap wanita dan anak-anak perempuan Muslim Rohingya.
Akibatnya, sebanyak 740.000 kaum Rohingnya mengungsi ke negara tetangganya, Bangladesh, menurut laporan PBB pada September 2018.