Rusia Kembali Bombardir Ukraina dengan Serangan Rudal Secara Besar-besaran
RIAU24.COM - Rusia kembali menyerang Ukraina dengan rudal secara besar-besaran, Kamis pagi (9/3) waktu setempat, termasuk ibu kota Kiev, pelabuhan Laut Hitam Odeda, dan kota terbesar kedua Kharkiv.
Akibat dari serangan tersebut mematikan listrik di beberapa daerah dan menewaskan sedikitnya enak orang, kata pejabat regional sepertli dilaporkan The Straits Times, Kamis.
Mereka mengatakan serangan, termasuk dengan rudal hipersonik Kinzhal, dilakukan sebagai respons atas insiden perbatasan awal bulan ini.
"Sebagai respons terhadap aksi terorisme pada 2 Maret oleh rezim Kiev di wilayah Bryansk, Angkatan Bersenjata Rusia melakukan serangan balasan massif," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan.
Rusia mengeklaim "nasionalis Ukraina" menyeberangi wilayah selatan Bryansk dan membunuh dua warga sipil. Sementara Ukraina menolak tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai "provokasi yang disengaja".
Wali Kota Kiev Vitali Klitschko mengatakan setidaknya dua orang terluka dalam serangan di ibu kota yang mematikan mesin pemanas di 40 persen wilayah kota tersebut pada Kamis.
Gubernur wilayah Odesa, Maksym Marchenko, mengatakan lewat Telegram, serangan roket massal mengenai fasilitas energi di kota pelabuhan itu dan memutus aliran listrik.
Rusia mengatakan telah mencaplok hampir 20 persen wilayah Ukraina dan mengatakan mengambil Bakhmut akan menjadi langkah menuju jatuhnya seluruh wilayah industri Donbas yang terletak di perbatasan.
Analisis Barat berpendapat nilai strategis Bakhmut tidak terlalu besar, meskipun kejatuhannya ke tangan Rusia akan membuat Presiden Vladimir putin dan militer semakin bersemangat setelah serangkaian kekalahan dalam apa yang mereka sebut sebagai "operasi militer khusus" itu.
Kiev mengatakan kerugian yang diderita oleh Rusia di sana dapat menentukan jalannya perang. Ukraina diperkirakan akan meluncurkan serangan balik ketika cuaca sudah membaik dan menerima lebih banyak bantuan militer Barat, termasuk tank.
Bulan-bulan pertempuran di timur menjadi salah satu yang paling mematikan dan merusak sejak Rusia menginvasi pada Februari 2022, memasukkan Bakhmut ke daftar kota-kota yang hancur termasuk Mariupol, Sievierodonetsk, dan Lysychansk.
Drone militer Ukraina menunjukkan skala kehancuran di Bakhmut, merekam blok apartemen terbakar dan asap membubung dari daerah permukiman.
Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan kurang dari 4.000 warga sipil - termasuk 38 anak-anak - dari populasi pra-perang sekitar 70.000 orang, tetap tinggal di Bakhmut.
Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat Avril Haines mengatakan kepada komite Senat, menurut Washington, militer Rusia tidak akan pulih dengan memadai pada tahun 2023 untuk membuat kemajuan besar.
Rusia menggambarkan invasinya terhadap Ukraina sebagai respons atas ancaman terhadap keamanan wilayahnya yang ditimbulkan dari kedekatan negara tetangganya itu dengan Barat.
(***)