Lawan Kelompok al-Shabab, Amerika Serikat Tambah Dukungan Militer ke Somalia
Pemerintahan Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud mendeklarasikan 'perang total' tahun lalu terhadap ribuan militan al-Shabab yang selama lebih dari satu dekade telah menguasai sebagian besar wilayah negara ini. Somalia kemudian melakukan serangan besar-besaran ke kelompok yang telah menghancurkan serta mengeksploitasi perpecahan klan.
Mereka juga merampok jutaan dolar uang rakyat Somalia ini, dengan alasan mereka untuk membentuk sebuah negara Islam. Serangan saat ini sebagian dipicu oleh komunitas lokal dan milisi yang terdesak oleh kebijakan pajak yang mencekik diterapkan al-Shabab. Padahal kondisi wilayah tanduk Afrika tersebut berada di tengah kekeringan terburuk yang pernah tercatat di negara itu.
Pemerintah Somalia dengan cepat memberikan dukungan untuk melakukan perlawanan ke kelompok al-Shabab. Saat ini tetangga Ethiopia, Kenya dan Djibouti juga telah menyetujui kampanye militer perlawanan tersebut, dan berusaha bersatu menghancurkan al-Shabab bersama.
Somalia sementara ini sudah cukup pulih dari puluhan tahun konflik bersenjata, dan pemerintah federal sangat ingin menghapus sejarah negara itu sebagai negara gagal dan berupaya kembali menarik investasi.
Di bawah presiden saat ini, pemerintah sedang menindak jaringan uang al-Shabab dan mendorong otoritas agama untuk menolak propaganda keliru kelompok ekstremis tersebut. Somalia bahkan menjadikan mantan wakil pemimpin al-Shabab sebagai menteri urusan agama Somalia saat ini.
AS diperkirakan memiliki 450 personel militer di Somalia setelah Presiden Joe Biden membalikkan keputusan pendahulunya Donald Trump untuk menarik pasukan Amerika di sana. AS mendukung pasukan Somalia dan pasukan multinasional Uni Afrika dengan serangan drone, intelijen, dan pelatihan.