Xi Jinping dan Lukashenko Desak Rusia Lakukan Gencatan Senjata dan Negosiasi atas Konflik Ukraina
Beijing mengajukan proposal perdamaian 12 poin yang dirilis pada pekan lalu. Rancangan tersebut menguraikan posisi Cina yang telah lama dipegang, termasuk merujuk pada kebutuhan bahwa kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah semua negara dijamin secara efektif. Dalam rancangan itu, Beijing meminta mengakhiri mentalitas Perang Dingin.
Cina telah lama memiliki hubungan dekat dengan Lukashenko. Setelah pembicaraan itu, kedua pemimpin mengawasi penandatanganan serangkaian perjanjian kerja sama di berbagai bidang mulai dari pertanian hingga penegakan bea cukai dan olahraga.
Tapi, perjalanan pemimpin Belarusia itu juga menggambarkan kedalaman hubungan Cina dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin dan sekutunya. Cina mengatakan, berada dalam pihak netral dalam konflik di Ukraina.
Cina mengaku telah mempertahankan kontak dengan pemerintah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Meskipun demikian, Beijing memiliki "persahabatan tanpa batas" dengan Moskow dan telah menolak untuk mengkritik invasi atau bahkan menyebutnya demikian.
Selain itu, Cina telah mempertahankan hubungan perdagangan normal dengan Rusia. Bahkan pejabat Amerika Serikat (AS) baru-baru ini memperingatkan, Cina sedang mempertimbangkan untuk mengirim bantuan militer ke Rusia.
Pemerintah Lukashenko sangat mendukung Moskow dan mengizinkan wilayah negaranya digunakan sebagai tempat persiapan untuk invasi awal ke Kiev setahun yang lalu.