Berusia 9 Tahun, Pat Jadi Tikus Tertua di Dunia
RIAU24.COM - Tikus saku Pasifik bernama Pat baru saja dinobatkan sebagai tikus tertua yang masih hidup di penangkaran.
Tikus Pat resmi menyandang gelar sebagai tikus tertua di dunia yang diberikan Guinness World Records dengan usia 9 tahun 209 hari.
Sebelumnya, rekor binatang tertua lainnya juga diberikan pada Flossie, kucing tertua yang masih hidup dengan usia 26 tahun, dan Bobi yang memecahkan rekor sebagai anjing tertua yang pernah tercatat yang berusia 30 tahun 266 hari.
Dikutip dari IFL Science, Jumat (10/2/2023), tikus saku Pasifik merupakan spesies tikus terkecil di Amerika Utara.
Beratnya mungkin hanya setara dengan sekitar 7 gram.
Akan tetapi, jangan tertipu dengan ukuran tikus tertua di dunia ini.
Meski bertubuh mini, hewan pengerat tersebut memiliki peran dalam ekosistem yang jauh lebih besar dari badannya.
Spesies tikus ini sangat penting untuk kehidupan tanaman, mendorong pertumbuhan dan membantu menyebarkan benih saat mereka sibuk menggali.
Pat yang dinamai berdasarkan nama aktor veteran Sir Patrick Stewart merupakan penghuni San Diego Zoo Wildlife Alliance, tempat ia dilahirkan pada tahun 2013.
Sebelumnya, tikus saku Pasifik ini dianggap sudah punah, tetapi akhirnya para ilmuwan kembali menemukannya pada tahun 1994. Baca berita tanpa iklan.
Sayangnya, saat itu juga hanya tersisa tiga populasi liar di kantong Pasifik. Spesies tikus saku Pasifik ini juga berukuran sangat kecil sehingga spesies tersebut masih dianggap terancam punah.
Di San Diego Zoo Wildlife Alliance, program konservasi tikus didirikan pada 11 tahun lalu.
Peneliti pun dengan hati-hati mempelajari genetika dan perilaku tikus untuk memastikan bahwa ketika saatnya tiba, mereka dapat dilepaskan kembali ke alam liar dengan semua ketrampilan yang mereka butuhkan untuk mencari makanan dan menghindari pemangsa.
Program konservasi tikus sejauh ini berhasil karena mampu melahirkan 31 anak tikus selama musim 2022.
Di antara kelompok yang tinggal di penangkaran tersebut terdapat Pat yang mencapai usia yang sangat tua, membuatnya benar-benar luar biasa.
"Pengakuan rekor (tikus tertua di dunia) ini sangat istimewa bagi tim kami dan penting bagi spesies tersebut," ungkap Dr Debra Shier, pendiri dan pengawas program konservasi dalam sebuah pernyataannya.
"Pengakuan ini juga merupakan simbol penghargaan terhadap spesies yang tidak banyak diketahui orang karena mereka bukan megafauna yang karismatik, tetapi sama pentingnya untuk fungsi ekosistem. Spesies yang terabaikan ini sering ditemukan di halaman belakang kita sendiri seperti tikus saku Pasifik contohnya," tambah Shier. ***