Saling Senggol soal Kualitas Aplikasinya, Kini Bos WhatsApp Tuding Telegram Berbahaya
RIAU24.COM - Beberapa bulan lalu, WhatsApp, atau induk perusahaannya yaitu Meta, melalui Mark Zuckerberg mengklaim bahwa WhatsApp lebih aman dibandingkan dengan iMessage. Kini, Telegram menjadi aplikasi pesan lain yang disinggung oleh Bos WhatsApp di Meta, Will Cathcart.
Memang, WhatsApp dan Telegram adalah contoh rivalitas sejati untuk kategori aplikasi instant messanger. Tak jarang petinggi mereka saling 'senggol' satu sama lain untuk memperjelas bahwa mereka lebih baik dibandingkan yang lainnya.
Cathcart dikutip oleh artikel oleh Wired terkait kritik yang disampaikannya soal implementasi enkripsi end-to-end (E2EE) milik Telegram. Teknologi ini disebut Cathcart belum diverifikasi secara mandiri.
Enkripsi adalah fitur penguncian informasi. Informasi yang dikirim oleh pengguna, tak akan bisa dibaca kecuali oleh pengirim dan penerima. Enkripsi ini membutuhkan kunci enkripsi, yang di WhatsApp, terpasang di ponsel penerima dan pengirim.
Enkripsi ini memungkinkan pesan tidak terbaca oleh pihak ketiga, termasuk WhatsApp-nya sendiri.
Namun di aplikasi Telegram, enkripsi hanya menyala jika mode "Secret Chat" diaktifkan. Jika tidak, maka pesan terkirim layaknya teks normal.
Selain itu, teknologi E2EE Telegram juga disebut Cathcart mengandung kerentanan lain, salah satunya yaitu tidak aktif secara default dan E2EE tidak tersedia untuk chat grup. Telegram beralasan hal ini karena akan menyebabkan permasalahan saat melakukan backup data pengguna.
Tim Telegram juga menyampaikan kritik mereka terhadap WhatsApp, salah satunya terkait opsi untuk melakukan backup pada chat ke Google Drive secara efektif menonaktifkan enkripsi, sebab backup tidak terenkripsi dan alih-alih kepada WhatsApp, badan pemerintahan dapat mengirimkan petisi kepada Google untuk meminta data tersebut.
Namun, kedua pihak ini memiliki ketertarikan dalam mengklaim bahwa layanan karya mereka lebih superior dibandingkan layanan lainnya. Artikel tersebut juga membahas sejumlah kejadian terkait badan berwenang Rusia yang dikabarkan memiliki akses terhadap chat Telegram rahasia.
Selain itu, Telegram juga dilaporkan memiliki kerentanan terkait API lokasi, berpeluang memberitahukan lokasi pengguna dengan radius hingga 3Km atau 2 Mil. Telegram telah mengubah API tersebut, meski disebut belum mampu memperbaiki permasalahan yang dikhawatirkan berbagai pihak itu.