Kyawthuite dan Painite, Mineral Paling Langka di Dunia!
RIAU24.COM - Saat mendengar "mineral", kita mungkin langsung terpikirkan permata atau kristal. Tidak salah, kok. Makin jarang suatu mineral dan makin susah pengolahannya, maka makin mahal juga harganya.
Berdasarkan definisi U.S. Geological Society, mineral adalah elemen atau senyawa yang anorganik atau tidak mengandung karbon.
Bisa ditemukan di kerikil atau pasir hingga permata, tiap mineral memiliki struktur dalam dan kimiawi yang unik sehingga bentuk fisiknya pun berbeda-beda.
Dari kuarsa, kalsit, hingga mika, berbagai mineral umum sering terlihat di muka Bumi dan digunakan untuk keperluan. Namun, pernahkah kamu dengar kyawthuite? Atau, mineral dengan nama painite? Jika belum, perkenalkan, kyawthuite dan painite adalah mineral yang paling langka di dunia!
Kyawthuite, mineral paling langka saat ini
Dilansir Live Science, mineral paling langka di dunia saat ini adalah kyawthuite. Situs Mindat mencatat bahwa mineral ini ditemukan di daerah Mogok (မိုးကုတ်), Myanmar, oleh Dr. Kyaw Thu dari Yangon University.
Oleh karena itu, mineral ini dinamai kyawthuite. Mogok memang terkenal sebagai daerah yang padat mineral.
Mineral dengan formula Bi3+Sb5+O4 ini hanya ditemukan dalam bentuk satu kristal. Kyawthuite dideskripsikan sebagai batu permata kecil (1,61 karat) monoklinik berwarna jingga tua transparan dengan kekerasan 5½ menurut Skala Mohs. Kyawthuite menerima pengakuan International Mineralogical Association (IMA) pada 2015.
Sayangnya, sedikit informasi yang tertera mengenai kyawthuite. Saat ini, Mindat mencatat mineral tersebut disimpan di koleksi Mineral Sciences Department di bawah naungan Natural History Museum of Los Angeles County.
Cerita di balik nama "Painite"
Selain kyawthuite, painite (CaZrAl9(BO3)O15)adalah mineral paling langka di Bumi selanjutnya. Menariknya, painite juga ditemukan di Mogok, Myanmar.
Dari segi bentuk, painite adalah kristal heksagonal berwarna merah tua. Mineral ini dinamai dari pakar mineralogi dan pedagang permata asal Inggris, Arthur C. D. Pain.
Menurut kisah profesor mineralogi di California Institute of Technology (CalTech) yang telah meneliti painite sejak 1980-an, George R. Rossman, Pain membeli dua kristal merah tua pada 1952 di Myanmar.
Awalnya dikira batu rubi (yang terkenal dari daerah Mogok), mineral ini memang sering tergali bersama rubi dan batu permata lainnya.
Rossman melanjutkan bahwa Pain mendonasikan mineral itu ke British Museum pada 1954 untuk dipelajari lebih lanjut. Sampel painite tidak muncul lagi hingga 1979 dan 2001, menjadikan tiga sampel painite tersebut sebagai satu-satunya di dunia.
Mengapa painite amat unik?
Rossman kemudian meneliti painite yang pertama kali ditemukan oleh Pain (painite #1). Dikemukakan di Mineralogical Magazine pada 2018, Rossman menceritakan mengapa painite begitu unik.
"Saya melakukan studi sampel pertama ... Hasilnya menjadi standar yang berkontribusi terhadap penemuan painite berikutnya," kata Rossman.
Dengan berbagai spektroskopi, Rossman menunjukkan kekurangan dalam penelitian painite di British Museum.
Sementara aluminium, boron, kalsium, dan oksigen sudah benar, para peneliti British Museum terlewat elemen zirkonium (Zr). Vanadium dan kromium membuat painite memiliki nuansa warna merah, sehingga terlihat bak rubi.
Selain eksklusif di Myanmar, painite amat langka karena mengandung boron dan zirkonium, dua senyawa yang sebenarnya sulit mengikat satu sama lain. Painite adalah satu-satunya mineral alami di mana boron dan zirkonium saling terikat. Mengapa bisa begitu? Hal inilah yang masih dicari tahu oleh para peneliti dunia.
"Setahu saya, tak ada yang melakukan studi serius mengenai faktor formasi painite. Tak ada percobaan sintesis di laboratorium, sejauh ini," ucap Rossman.
Harga painite hampir Rp1 miliar per karat!
Meski tak punya jawaban mengenai boron dan zirkonium di painite, Rossman punya teori kenapa painite ada di Myanmar. Saat benua besar Gondwana pecah sekitar 180 juta tahun lalu, daratan India bergeser ke utara dan menabrak daratan Asia Selatan.
Tekanan dan panas dari tubrukan antar daratan tersebut membentuk berbagai batu permata. Selain itu, Rossman mengatakan bahwa kandungan boron di painite dan batu permata lainnya kemungkinan besar berasal dari lautan dangkal di sekitar daratan yang baru terbentuk.
Sementara mudah ditemukan saat ini, painite masih langka, entah karena tercampur mineral lain atau salah identifikasi.
Rossman mengakui banyak yang meminta konfirmasi darinya mengenai painite. Untuk perhiasan, painite amat sulit diolah dan dipatok hingga US$60.000 per karat (lebih dari Rp900 juta per karat). ***