Ini Penjelasan BMKG Perihal Penyebab Banjir dan Longsor di Sumatera Barat
RIAU24.COM - BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) menyebutkan soal penyebab bercana alam di Sumatera Barat.
BMKG menyebut bencana alam di sejumlah daerah di Sumbar pada Senin (23/1/2023) disebabkan adanya belokan angin dengan kecepatan 18 knot dari Samudra Hindia.
"Angin tersebut mendorong awan-awan hujan dari perairan menuju daratan. Hal ini yang mendorong hujan merata di Sumbar dengan intensitas lebat dan sangat lebat," ujar Kepala Stasiun Klimatologi Sumbar Heron Tarigan dikutip pada Kamis (26/1/2023).
Heron menjelaskan citra kondisi awan yang terbentuk memiliki suhu dingin dan berwarna jingga hingga krem. Ini berpotensi menyebabkan terjadinya hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat dengan durasi yang lebih lama.
Awan-awan yang terbentuk di Samudra Hindia terdorong terus oleh adanya angin yang cukup kencang sekitar 18 knot pada lapisan 925 Hpa dengan arah berbelok menuju ke daratan Pulau Sumatera.
Pemanasan suhu muka laut di pagi hingga siang hari membentuk awan-awan konvektif (rendah). Awan rendah tersebut (cumulus dan cumulonimbus) terkonsentrasi sangat tebal pada pukul 13.00 WIB di Kota Padang, Padang Pariaman dan Pariaman dengan intensitas hujan sangat lebat atau hujan ekstrem.
Hujan yang terjadi di Padang Pariaman merupakan hujan dengan intensitas paling tinggi sepanjang 38 tahun terakhir dengan curah hujan 251,6 milimeter.
Sebelumnya, lima daerah di Sumatera Barat diterjang banjir dan tanah longsor akibat tingginya curah hujan yang mengguyur sejak Senin (23/1/2023) siang hingga Selasa (24/1/2023) dini hari.
"Ada lima daerah yang melaporkan kejadian bencana. Masing-masing Agam, Padang Pariaman, Padang, Pesisir Selatan dan Mentawai. Personel BPBD daerah setempat terus memantau situasi," ujar Kepala Pelaksana BPBD Sumbar Jumaidi.
Masyarakat yang terdampak banjir sempat mengungsi ke tempat yang lebih tinggi karena khawatir air terus naik ke pemukiman.
(***)