Studi: Bakteri yang Dimodifikasi Secara Genetik Dapat Mengobati Infeksi Paru-paru
RIAU24.COM - Infeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik merupakan bahaya yang meningkat dan secara langsung menyebabkan setidaknya 1,27 juta kematian setiap tahun. Ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk perawatan alternatif.
Menurut sebuah studi baru, infeksi paru-paru yang tidak dapat disembuhkan sekarang dapat diobati menggunakan bakteri yang dimodifikasi secara genetik.
Untuk memerangi bahaya resistensi antibiotik, penelitian pada tikus menunjukkan penyakit yang resisten terhadap obat mungkin ditargetkan dan dibuat rentan terhadap antibiotik yang seharusnya tidak efektif.
Menurut penelitian yang dilakukan di Pusat Regulasi Genomik di Barcelona, pengobatan berbasis bakteri meningkatkan tingkat kelangsungan hidup tikus dua kali lipat dibandingkan dengan tidak menerapkan pengobatan sama sekali.
Tidak ada toksisitas yang terlihat di paru-paru setelah pemberian obat dosis tinggi tunggal. Sistem kekebalan tubuh menghilangkan bakteri yang dimodifikasi dalam empat hari setelah terapi selesai.
Dr Maria Lluch di International University of Catalonia menjelaskan pengobatan itu sebagai ‘domba jantan pemukul yang mengepung bakteri yang resisten terhadap antibiotik.’
"Perawatan ini melubangi dinding sel mereka, memberikan titik masuk penting bagi antibiotik untuk menyerang dan membersihkan infeksi pada sumbernya," kata Lluch.
"Kami percaya ini adalah strategi baru yang menjanjikan untuk mengatasi penyebab utama kematian di rumah sakit," imbuhnya.
Pseudomonas aeruginosa, yang dapat menyebabkan infeksi yang tidak dapat disembuhkan karena bakteri membuat biofilm, adalah fokus dari penelitian terbaru. Ini memiliki kemampuan untuk menempel pada permukaan tubuh dan menciptakan struktur padat yang tahan terhadap obat-obatan.
Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Biotechnology, Mycoplasma pneumoniae dimodifikasi secara genetik untuk kehilangan kapasitasnya untuk menyebarkan penyakit dan digunakan sebagai gantinya untuk memproduksi racun yang akan membunuh atau mencegah pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa.
Sebelum memulai uji klinis, tim peneliti bermaksud untuk melakukan lebih banyak studi. Mereka melihat nebulizer digunakan untuk memberikan perawatan di masa depan, memungkinkan pasien untuk menghirup kabut kuman.
Biofilm juga dapat tumbuh di permukaan tabung endotrakeal yang digunakan oleh pasien sakit kritis yang membutuhkan ventilator mekanis untuk bernapas.
Hingga satu dari empat pasien yang membutuhkan intubasi terkena pneumonia terkait ventilator (VAP), yang mempengaruhi sekitar setengah dari mereka yang membutuhkan intubasi karena Covid 19 yang parah. Hingga satu dari delapan pasien meninggal karena pneumonia terkait ventilator.
(***)