Gedung Putih Tegaskan AS-Korsel Akan Respon Soal Nuklir Kim Jong-un
RIAU24.COM - Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) merencanakan tanggapan ‘terkoordinasi yang efektif’ jika Korea Utara (Korut) menggunakan senjata nuklir.
Dari pihak Gedung Putih pun telah memperingatkan hal itu pada Selasa 3 Januari 2023.
“Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol dan Presiden AS Joe Biden telah menugaskan tim mereka untuk merencanakan respons terkoordinasi yang efektif terhadap berbagai skenario, termasuk penggunaan nuklir oleh Korea Utara", kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional (NSC) di Gedung Putih, seperti dikutip AFP, Rabu 4 Januari 2023.
NSC angkat bicara setelah kebingungan muncul dalam laporan media tentang tanggapan sekutu terhadap gemuruh pedang nuklir dari Pyongyang.
Pada Senin 2 Januari, Biden mengatakan ‘tidak’ ketika ditanya apakah kemungkinan latihan nuklir bersama. Tampaknya tanggapa Biden bertentangan dengan komentar sebelumnya dari Yoon.
Juru bicara NSC mengklarifikasi bahwa latihan bersama bukanlah pilihan karena Korea Selatan tidak memiliki senjata nuklirnya sendiri.
“Namun, Amerika Serikat berkomitmen penuh untuk aliansi kami dan memberikan pencegahan yang diperluas melalui berbagai kemampuan pertahanan AS,” kata juru bicara itu.
Di Seoul, kantor Yoon mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sekutu sedang "dalam pembicaraan tentang berbagi informasi, perencanaan bersama dan rencana implementasi bersama yang berkaitan dengan pengoperasian aset nuklir AS untuk menanggapi senjata nuklir Korea Utara".
Perencanaan
Beberapa menafsirkan komentar Yoon sebelumnya dalam wawancara surat kabar sebagai indikasi latihan nuklir bersama yang lebih rumit.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Chosun Ilbo yang diterbitkan pada hari Senin, Yoon mengatakan ‘payung nuklir’ dan ‘pencegahan yang diperluas’ yang ada di Amerika Serikat tidak lagi cukup untuk meyakinkan warga Korea Selatan.
"Senjata nuklir itu milik Amerika Serikat, tetapi perencanaan, pembagian informasi, latihan, dan pelatihan harus dilakukan bersama oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat," kata Yoon, menambahkan bahwa AS ‘cukup positif’ tentang gagasan itu.
Namun, seorang pejabat senior pemerintah AS, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan bahwa tidak ada kebingungan mengenai tingkat koordinasi sekutu.
“Karena tindakan dan pernyataan Korea Utara telah menimbulkan kekhawatiran yang meningkat, Amerika Serikat dan Korea Selatan bekerja sama untuk memperkuat pencegahan yang diperluas,” sebut pejabat AS itu.
“Ini termasuk pada akhirnya melalui latihan di atas meja yang akan mengeksplorasi tanggapan bersama kami terhadap berbagai skenario, termasuk penggunaan nuklir,” imbuhnya.
"Hal ini sesuai dengan komentar Presiden Yoon bahwa Amerika Serikat dan ROK (Korea Selatan) akan memperluas perencanaan, berbagi informasi, latihan, dan pelatihan," kata pejabat tersebut.
Rezim Kim Jong-un tak bertahan
Ketegangan tinggi setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyerukan peningkatan ‘eksponensial’ dalam persenjataan nuklir negaranya dan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru untuk melawan apa yang disebutnya permusuhan AS dan Korea Selatan.
Pada 2022, Korut melakukan uji coba senjata yang menentang sanksi hampir setiap bulan, termasuk menembakkan ICBM tercanggih yang pernah ada.
Di bawah Yoon yang sayap kanan, Korea Selatan telah meningkatkan latihan militer bersama dengan Amerika Serikat, yang telah diperkecil selama pandemi atau dihentikan sementara karena diplomasi naas dengan Korea Utara di bawah pendahulunya.
Posisi resmi Pentagon dalam menanggapi serangan nuklir Korea Utara sangat tegas.
"Setiap serangan nuklir oleh Korea Utara terhadap Amerika Serikat atau Sekutu dan mitranya tidak dapat diterima dan akan mengakibatkan berakhirnya rezim tersebut. Tidak ada skenario di mana rezim Kim dapat menggunakan senjata nuklir dan bertahan," kata Kementerian Pertahanan AS.
(***)