Spanyol, Prancis, Israel, dan Korea Selatan Perketat Aturan Covid 19 untuk Pelancong China
RIAU24.COM - Ketika kasus Covid 19 terus meningkat di China, negara-negara di seluruh dunia memilih langkah-langkah pencegahan untuk menghindari terulangnya gelombang pertama.
Prancis, Spanyol, Korea Selatan, dan Israel adalah pendatang baru dalam daftar negara yang telah mengumumkan pembatasan Covid 19 yang berbeda untuk pelancong China.
Di Prancis, penumpang yang bepergian dari China harus menunjukkan tes Covid negatif, kurang dari 48 jam sebelum naik ke pesawat.
Sementara itu, di Korea Selatan, penumpang China harus menunjukkan tes PCR atau antigen negatif sebelum naik ke pesawat. Setelah itu, penumpang yang tiba di Korea Selatan harus menjalani tes PCR.
Sedangkan untuk Spanyol, pelancong China dapat melewatkan tes jika mereka divaksinasi penuh.
Di Israel, pihak berwenang telah mengarahkan maskapai asing untuk tidak menerima penumpang China jika mereka gagal memberikan tes Covid negatif.
Sebelumnya, Malaysia, India, AS, dan Jepang telah menerapkan langkah-langkah berbeda untuk menyaring wisatawan China.
Sementara kasus-kasus meningkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, rezim Xi Jinping telah melepaskan kebijakan 'nol-Covid' yang kejam, terutama bertanggung jawab atas kesulitan saat ini.
Negara-negara itu cemas tentang pelancong China karena negara itu buram mengenai angka Covid-nya dan vaksin China serta kemanjurannya terus memecah belah para ilmuwan.
Begitulah situasi yang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Jumat mendesak Beijing untuk merilis data real-time tentang situasi yang berlaku di negara itu.
"WHO kembali meminta pembagian data spesifik dan real-time secara teratur tentang situasi epidemiologis," kata WHO.
"Termasuk lebih banyak data pengurutan genetik, data tentang dampak penyakit termasuk rawat inap, penerimaan dan kematian ICU, dan data tentang vaksinasi yang diberikan dan status vaksinasi, terutama pada orang yang rentan dan mereka yang berusia di atas 60 tahun," tambah badan kesehatan global itu.
Menurut laporan Bloomberg, risalah pertemuan internal NHC yang diadakan awal bulan ini menunjukkan bahwa 248 juta orang, atau hampir 18 persen dari populasi negara itu, kemungkinan tertular Covid dalam 20 hari pertama bulan Desember.
(***)