Ukraina ‘Melunjak’ Terhadap Rusia, Klaim Diterima Seluruh Anggota NATO
RIAU24.COM - Ditengah krisis perang dengan Rusia, Kiev mengklaim bahwa seluruh negara NATO menerima keanggotaan Ukraina.
Klaim ini disampaikan Olga Stefanishina selaku menteri negara tersebut untuk integrasi Euro-Atlantik.
Menurutnya, keberatan Budapest terhadap partisipasi Ukraina dalam keanggotaan aliansi karena perselisihan tentang etnis Hongaria yang tinggal di Ukraina akan diatasi dengan instrumen politik.
Sejumlah anggota paling menonjol dari blok militer pimpinan Amerika Serikat (AS), termasuk Prancis dan Jerman, diketahui ragu untuk mengizinkan Ukraina bergabung.
Selain itu, sengketa teritorial Kiev dengan Rusia dianggap membuatnya tidak terbaca di bawah aturan NATO saat ini.
“Kami telah membuat kemajuan untuk lebih dekat dengan NATO,” kata Stefanishina di sebuah forum keamanan di Kiev, Kamis.
“Pada KTT menteri terbaru di Bucharest, semua 30 negara anggota sepakat tentang perlunya menawarkan keanggotaan Ukraina," lanjut dia, seperti dikutip Russia Today, Jumat (2/12/2022).
Laporan media Barat dari acara Bucharest secara luas berbeda dengan interpretasi Stefanishina. Sementara itu, situs web blok itu sendiri memberi penekanan lebih besar pada China dalam rangkumannya dari KTT.
“Anggota NATO mengonfirmasi bahwa pintu aliansi terbuka untuk Ukraina,” klaim Stefanishina.
Dia lebih lanjut mengeklaim bahwa persetujuan seluruh anggota aliansi itu menunjukkan bahwa tidak ada yang takut dengan tekanan Rusia.
Menurutnya, Hongaria terus menolak partisipasi Ukraina dalam pertemuan resmi NATO, tetapi hal ini telah menjadi masalah bagi blok tersebut.
"NATO sekarang menggunakan semua instrumen politik tekanan untuk meyakinkan Hongaria agar meninggalkan blokade,” kata menteri tersebut. Dia tidak merinci bentuk tekanan seperti itu.
Pada hari Rabu, Uni Eropa mengumumkan akan menahan miliaran dana untuk Hongaria sampai memenuhi 27 tonggak penting yang ditetapkan oleh Brussels.
Uang tersebut termasuk bantuan pandemi dan dana kohesi yang dimaksudkan untuk meratakan ketidaksetaraan sosial di blok tersebut.
Hungaria tentu tampak skeptis terhadap keanggotaan Ukraina di NATO pada KTT Bucharest, di mana Menteri Luar Negeri Peter Szijjarto berpendapat bahwa suatu negara hanya dapat bergabung dengan blok tersebut jika tidak mengancam tetapi memperkuat keamanan anggota yang ada.
"Budapest tidak akan menyetujui pertemuan formal Komisi NATO-Ukraina sampai Hongaria di Transkarpatia mendapatkan hak mereka dipulihkan," tegas Szijjarto.
“Kami tidak dapat dan tidak ingin mundur dari posisi ini,” imbuh dia, menjelaskan bahwa meskipun Budapest tidak mengangkat masalah tersebut sejak konflik di Ukraina meningkat pada bulan Februari, Budapest juga tidak melupakannya.
(***)