Buntut Sekeluarga Tewas di Kalideres, Kompolnas: Temuan Baru Adanya Buku-buku Ajaran Beberapa Agama
RIAU24.COM - Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Irjen Pol (Purn) Benny Mamoto mengungkapkan kepada wartawan bahwa adanya temuan barang bukti baru dalam kasus satu keluarga tewas di Kalideres.
Benny membeberkan satu di antaranya yang ditemukan dalam kasus empat orang dalam sekeluarga tewas di Kalideres itu adalah buku-buku berbagai ajaran agama.
"Berdasarkan informasi yang kami terima bahwa di TKP ditemukan sejumlah buku yang berisi ajaran dari beberapa agama. Barang bukti itu sedang didalami oleh penyidik," kata Benny kepada wartawan, Rabu (16/11/2022).
Di samping itu, Benny menyebutkan para korban pun memiliki perilaku yang tidak biasa, yakni menggunakan alas kaki plastik.
Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan saksi di sekitar tempat tinggal korban yang meninggal satu keluarga itu.
"Beberapa saksi pernah melihat beberapa (korban) memakai alas kaki plastik," ungkap Benny.
Temuan hal tidak biasa hingga bukti baru mengenai buku-buku tersebut menurutnya membuka ruang berbagai kemungkinan motif di balik kasus tersebut.
"Penyidik ketika menangani kasus selalu membuka ruang segala kemungkinan motif kasus tersebut. Melihat adanya hal-hal yang tidak biasa, seperti korban menutup diri dari keluarga, menggunakan alas kaki ditutup plastik, tidak mau ada listrik, dan tidak ada makanan di TKP. Maka temuan buku-buku menjadi penting didalami, apakah mungkin ada kaitannya dengan peristiwa itu," kata Benny mengutip Suara.com.
"Itu tentunya perlu menunggu hasil otopsi dan pemeriksaan laboratorik terhadap beberapa barang bukti lainnya, seperti handphone dan lain-lain," kata dia.
Sementara itu, kriminolog Universitas Indonesia (UI) Adrianus Eliasta Meliala sempat menduga keempat korban menganut paham apokaliptik.
Peristiwa ini pun menurutnya, serupa dengan kematian massal pengikut sekte People's Temple pimpinan Jim Jones di Guyana, Amerika Selatan pada 1978.
"Jadi mungkin mirip dengan kelompok yang mati massal di Guyana, atau yang melakukan sesajen massal di pinggir laut, dan malah disapu ombak semua. Karena kematian adalah tujuan akhir, maka mereka tidak takut," kata Adrianus kepada wartawan, Senin (14/11/2022).
Pihak kepolisian sempat menyebut nama keempat korban, yakni Rudyanto Gunawan (71), Margaretha (68), Budianto Gunawan (68), dan Dian (42) ditemukan tewas dalam kondisi lambung tidak terisi.
Adrianus pun menilai keempat korban itu bisa jadi memilih cara mengakhiri hidupnya dengan tidak makan. Meski cara itu tergolong ekstrim.
"Mungkin ini konsepsi "silih" yakni membuat diri menderita demi suatu kenikmatan di kemudian hari," katanya.
(***)