Paru-paru Kedua Bumi, Hutan Boreal Perlahan Hancur Akibat Pemanasan Global
RIAU24.COM - Kondisi terkini hutan Boreal Kanada menyusut akibat terbakar, melayang, dan dimakan serangga. Hal ini terjadi karena perubahan iklim yang semakin panas dan tidak terkendali.
Dilansir dari AFP, Hutan Boreal Kanada adalah paru-paru kedua dunia setelah hutan Amazon Amerika Selatan. Hutan Boreal sangat penting untuk memastikan masa depan planet Bumi.
Hutan yang mengelilingi Arktik dan membentang di Kanada, Skandinavia, Rusia, dan Alaska dalam beberapa waktu terakhir telah dilemahkan oleh kebakaran hutan, pencairan lapisan es, serangan serangga, suhu yang menghangat, dan pohon-pohon yang melayang.
Menurut AFP, para ahli dengan tegas memperingatkan bahwa hutan merambah tundra, dan padang rumput perlahan-lahan menggantikan pepohonan.
Dengan meningkatnya suhu, fenomena "pohon mabuk" telah menjadi umum. Pohon mabuk adalah dimana kondisi pohon miring ke samping karena lapisan es yang mencair. Akhirnya, tanah akan benar-benar terkikis dan fauna akan jatuh.
Peneliti yang berbasis di Edmonton untuk kementerian sumber daya alam memperingatkan bahwa hal itu memiliki potensi untuk pergeseran besar. Mereka juga menambahkan bahwa beberapa daerah mungkin banjir dan bahkan kehilangan hutan, yang pada akhirnya dapat berubah menjadi rawa dan danau.
Tanah yang selama dua tahun terakhir tetap beku menjadi mencair. Bakteri menggerogoti biomassa yang dikumpulkan selama ribuan tahun, menghasilkan karbon, dan emisi metana yang kemudian berkontribusi pada percepatan pemanasan global.
Data yang dikumpulkan oleh Global Forest Watch, World Resources Institute, dan University of Maryland juga mengungkapkan bahwa gelombang panas ekstrem lima kali lebih mungkin terjadi saat ini daripada 150 tahun yang lalu.
Suhu yang lebih tinggi juga membawa masalah lain, yakni infestasi serangga, yang dengan cepat menggerogoti pohon.
Fauna, yang sudah dilemahkan oleh kekeringan yang disebabkan oleh gelombang panas berjuang untuk menangkis serangga yang mengeksploitasi musim panas yang lebih lama dan musim dingin yang lebih hangat.
Para ilmuwan menurut AFP mengatakan bahwa untuk saat ini masih ada harapan untuk ketahanan ekosistem yang berkelanjutan. Bahkan ketika mereka merenungkan apakah titik kritis hutan, ambang batas setelah itu emisi tidak akan terhindarkan dan perubahan pada ekosistem yang tidak dapat diubah semakin dekat.
(***)