Pria Meninggal Setelah Mengalami Beberapa Cedera Karena Turbulensi Di Pesawat
RIAU24.COM - Baru-baru ini setelah sebuah pesawat terbang ke dalam badai, menyebabkan banyak orang terluka parah karena turbulensi. Bahkan, seorang pria berusia 48 tahun ini meninggal karena luka-lukanya setelah menjalani perawatan selama lima bulan.
Dokter yang merawatnya menyatakan bahwa dia meninggal karena syok sepsis.
Dia telah diidentifikasi sebagai Akbar Ansari, penduduk asli Jharkhand. Hampir 17 orang terluka akibat turbulensi pesawat. Penerbangan SG 945 membawa 195 penumpang dan mereka melakukan perjalanan ke Bandara Kazi Nazrul Islam Durgapur di Benggala Barat.
Luka-lukanya diderita tetapi pria itu patah leher, cedera tulang belakang dan juga politrauma. Insiden pesawat terjadi pada 1 Mei dan pria itu dirawat di rumah sakit pada 2 Mei. Penyebab turbulensi telah dinyatakan sebagai rencana terbang ke badai sebelum mendarat.
Menurut laporan, bagasi kabin jatuh pada banyak penumpang, menyebabkan luka parah, termasuk di kepala.
Kemungkinan Cedera Karena Turbulensi Pesawat Udara
Kecelakaan yang terjadi di dalam pesawat akibat turbulensi memang jarang terjadi namun bisa saja terjadi. Beberapa cedera mungkin parah dan beberapa mungkin tidak.
Tapi, ada keadaan yang berbeda karena orang menderita luka seperti itu. Jika turbulensinya buruk maka bisa berbahaya bagi semua orang di dalamnya.
Sesuai data yang diberikan oleh Administrasi Penerbangan Federal (FAA), hampir 58 penumpang terluka karena insiden turbulensi setiap tahun. Banyak orang mengalami cedera karena bagasi kabin jatuh di atasnya atau terpeleset dan jatuh dalam perjalanan ke kamar kecil.
Setelah berada dalam penerbangan yang mengalami tingkat turbulensi yang signifikan, penumpang dan awak pesawat dapat mengalami beberapa hal, termasuk mengalami:
- Luka dan memar
- Patah tulang
- Cedera otak traumatis
- luka bakar
- Cedera tulang belakang
- Cedera dada dan perut
- Trauma emosional
***