Kisah Warga Sipil di Garis Tembak Saat Konflik Kembali ke Rakhine Myanmar
"Orang-orang Rohingya terjebak di antara dua kelompok bersenjata," kata Aung Kyaw Moe, aktivis Rohingya.
"AA memperluas wilayah kendalinya di selatan Buthidaung, yang merupakan hal yang baik sejauh melemahkan junta militer, tetapi pasukan AA yang ditempatkan di dekat desa-desa Rohingya menawarkan kesempatan [bagi militer] untuk melakukan serangan tanpa pandang bulu dan melanjutkan bisnis genosida mereka yang belum selesai."
Beberapa rohingya juga mendapati diri mereka diserang oleh AA, menurut aktivis Rohingya lainnya Nay San Lwin. Dia menuduh AA meletakkan ranjau darat di desa Guda Pyin, di mana satu orang tewas terbunuh pada 7 Oktober, dan menembak mati seorang pria Rohingya di desa yang sama keesokan harinya.
Bagi Rohingya dan Rakhine, kehidupan sehari-hari telah menjadi perjuangan untuk bertahan hidup. Hla May dari kotapraja Mrauk-U mengatakan putrinya yang berusia tiga tahun terluka saat bermain dengan temannya setelah rumah mereka terjebak dalam serangan militer pada 28 September.
"Dua bom jatuh ke rumah kami, dan satu belum meledak," katanya, mengingat kejadian itu, yang terjadi saat dia sedang memasak makan siang. "Kami tidak aman, anak saya bangun pada tengah malam dan menangis setiap hari sekarang setelah [rumah] dihantam bom." ***