Inilah Orang Pertama yang Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, Berikut Sejarahnya
RIAU24.COM - Setiap 12 Rabiul Awal tahun Hijriah umat Islam di dunia selalu memperingati Maulid (Hari Kelahiran) Nabi Muhammad SAW. Tahun ini tanggal tersebut jatuh pada Sabtu, 8 Oktober 2022.
Namun, sampai sekarang masih menjadi pembahasan apakah perayaan ini memang sunnah Nabi Muhammad SAW ataukah tidak.
Jadi, siapa sebenarnya orang pertama yang merayakan Maulid Nabi?
Perayaan Maulid Nabi ini sudah menjadi tradisi masyarakat muslim di Indonesia yang mayoritas bermazhab Syafi'i. Perayaan Maulid Nabi ini merupakan wujud dan ekspresi kegembiraan dan penghormatan atas kelahiran Baginda Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam.
Kaum muslim biasanya memperingati Maulid Nabi dengan membaca sholawat, kitab Maulid, memberi makan fakir miskin dan berziarah ke makam Nabi di Madinah.
Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW
Dikutip dari kalam.okezone.com, sejarah perayaan Maulid Nabi dapat kita ketahui dari beberapa referensi di antaranya keterangan Al-Maqrizy dalam kitabnya ‘Al-Khathat’ yang menyebutkan perayaan Maulid dimulai ketika zaman Daulah Fatimiyah syiah di Mesir (berkuasa sekitar abad 4 H).
Namun, ahlus sunnah waljamaah tidak sependapat dengan hal ini. Sumber lain menyebutkan, Maulid dikembangkan oleh Abul Abbas Al-Azafi.
Para ahli sejarah seperti Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Kathir, Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan Maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar.
Namun, pihak lain mengatakan bahwa Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi. Shalahuddin kala itu menggelar perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat Islam untuk kembali berjihad membela Islam pada masa Perang Salib.
Ahmad bin 'Abdul Halim Al-Haroni rahimahullah mengatakan yang artinya:
"Shalahuddin-lah yang menaklukkan Mesir. Dia menghapus dakwah 'Ubaidiyyun yang menganut aliran Qoromithoh Bathiniyyah (aliran yang jelas sesatnya). Shalahuddin-lah yang menghidupkan syariat Islam di kala itu." (Majmu' Al Fatawa, 35/138)
Dalam perkataan lainnya, beliau mengatakan, "Negeri Mesir kemudian ditaklukkan oleh raja yang berpegang teguh dengan Sunnah yaitu Shalahuddin. Dia yang menampakkan ajaran Nabi yang shahih di kala itu, berseberangan dengan ajaran Rafidhah (Syi'ah). Pada masa dia, akhirnya ilmu dan ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam semakin terbesar luas." (Majmu' Al-Fatawa, 3/281)
Alasan Merayakan Maulid Nabi Bulan Maulid adalah bulan yang dirindukan karena dianggap mendatangkan keberkahan bagi alam semesta.
Di bulan ini tepatnya Hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, Al-Musthofa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dilahirkan.
Di bulan ini muslim di dunia bergembira menggelar maulidan, membaca sholawat dan berziarah ke makam Nabi yang mulia di Madinah. Semua itu dilakukan untuk menghormati Baginda Rasulullah untuk jasa-jasa beliau kepada kita.
Ulama besar Mekkah Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani (1944-2004) berkata yang artinya:
"Sesungguhnya orang yang pertama kali merayakan Maulid adalah pemilik Maulid, yaitu Baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dijelaskan dalam Sahih Muslim ketika Beliau ditanya tentang alasan Beliau berpuasa pada hari Isnin (Senin),Beliau menjawab: "Pada hari itu aku dilahirkan". Pernyataan ini adalah nash yang paling sahih dan paling jelas (sebagai hujjah) didalam disyariatkannya merayakan Maulid Nabi. Jangan pedulikan pendapat siapapun yang mengatakan bahwa yang pertama kali merayakan Maulid adalah orang-orang dari Dinasti Fathimiyah, karena alasannya cuma satu di antara dua hal, mungkin karena tidak tahu atau sengaja menutup mata dari kebenaran yang nyata." (Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, Al-I'lam Bi Fatawa Aimmatil Islam Haula Maulidihi 'Alaihi As-Shalatu Wassalam, hal. 11)
Jika ada yang bertanya, mengapa kalian merayakan Maulid, maka tidak perlu ditanggapi. Karena ini sama dengan pertanyaan, "Mengapa kalian berbahagia dengan kelahiran Baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam".
Pertanyaan seperti ini tentu tidak pantas keluar dari orang yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah.
Semoga Allah menambahkan kecintaan kita kepada Baginda Rasulullah agar dapat mengikuti, meneladani dan menghidupkan sunnah-sunnah Beliau. Aamiin.
Wallahu A'lam
(***)