Ade Armando Sebut Aremania Sok Jago di Tragedi Kanjuruhan, Warganet: Masih Berani Nongol di Malang?
RIAU24.COM - Penggiat sosial Ade Armando memberikan pernyataan kontorversial terkait tragedi Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur.
Sosok yang merupakan Dosen Universitas Indonesia (UI) mengatakan tragedi Kanjuruhan itu disebabkan dari sikap suporter Arema (Aremania) sendiri yang sok jagoan.
"Sekali lagi, marilah kita bersikap objektif, yang jadi masalah adalah suporter Arema yang sok jagoan melanggar semua peraturan dalam stadion," kata Ade Armando dalam potongan video yang beredar di lini masa media sosial, dikutip pada Rabu (5/10/2022).
Ade juga menyebut Aremania bergaya preman dan patentengan masuk ke lapangan. Potongan video yang awalnya tayang di channel CokroTV itu langsung viral di media sosial.
"Dengan gaya preman masuk ke lapangan, patentengan. Dalam pandangan saya, polisi sudah melaksanakan kewajibannya," kata Ade.
Sontak perkataan Ade itu membuat dirinya diserang warganet karena banyak yang tak suka dengan pernyataannya
"Ada ya mahasiswa yang masih mau diajar sama Ade Armando? Dia udah menghabiskan sisa-sisa kredibilitas dia," protes netizen yang suka membahas bola dan punya belasan ribu follower, @apath***, di linimasa.
"Ade Armando sudah menutup Malang sebagai destinasi wisata dia. Hebat juga sih kalau nanti masih berani nongol ke kota itu doi," kritik @notaslim***, akun populer di Twitter dengan puluhan ribu follower.
"Kenapa si Ade Armando ini bilang tidak ada tembakan? Padahal nyata disaksikan puluhan ribu suporter tembakan gas air mata yang membuat mereka takut dan berlarian sehingga berjatuhan ratusan korban?" sanggah akun yang lain.
"Gimana orang gak membencimu Ade Armando. Belum selesai duka orang tua yang kehilangan anaknya karena tragedi Kanjuruhan kau sudah hina-hina yang wafat. Siapa yang gak geram lihat ucapanmu ini," murka warganet yang lain.
Untuk diketahui, Tragedi Kanjuruhan memang meninggalkan luka mendalam dalam dunia sepakbola tanah air. Sebanyak 125 korban tewas dalam insiden usai laga derbi Jatim itu. Di antara 125 korban yang meninggal dunia, 32 di antaranya adalah anak-anak, termasuk balita berusia 3 tahun.
Insiden itu terjadi akibat desak-desakan di stadion, petugas keamanan menembakkan gas air mata untuk mengurai kerumunan penonton yang merangsek masuk ke lapangan.
Nahasnya, gas air mata juga meluncur ke arah tribun penonton yang membuat situasi menjadi tak terkendali.
(***)