127 Jiwa Melayang atas Tragedi Kanjuruan Sabtu Malam Arema FC vs Persebaya
RIAU24.COM - Tragedi Kanjuruhan, yang terjadi pada laga antara Arema FC dan Persebaya Surabaya, menjadi sebuah catatan kelam di sejarah sepak bola Indonesia. Tak kurang dari 127 jiwa melayang akibat tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, Sabtu (01/10).
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda} Jawa Timur, Irjen. Pol. Nico Afinta, menyatakan ada 127 korban jiwa pada laga tersebut. Dari 127 korban tersebut, 125 orang di antaranya suporter. Sementara, dua orang sisanya adalah aparat kepolisian.
"Tiga puluh empat orang meninggal di lokasi. Sementara, sisanya meninggal di rumah sakit," ucap Nico.
Menurut Nico, insiden ini bermula dari kekecewaan sekelompok suporter Arema atas kekalahan tim kesayangan mereka pada laga ini. Setelah wasit meniup peluit panjang, mereka masuk ke lapangan untuk mengungkapkan kekecewaan kepada pemain dan pelatih.
"Ada sekitar tiga ribu suporter yang masuk ke lapangan," papar Nico.
Korban Material
Selain korban jiwa, tragedi ini juga merenggut sejumlah korban material. Sejumlah kendaraan aparat kepolisian tampak menjadi korban dari insiden tersebut.
"Ada 18 kendaraan kepolisian yang menjadi korban pada kejadian ini, termasuk truk pengangkut pasukan, dua mobil unit K-9, dan dua mobil patwal," papar Nico.
Dalam pantauan Bola.net, dua mobil unit K-9 tampak terbalik di tepi lapangan. Dua mobil tersebut dalam kondisi rusak parah.
Sementara, di gerbang Stadion Kanjuruhan, teronggok truk pengangkut pasukan milik Brimob. Bagian kabin truk tersebut dalam kondisi terbakar.
Sementara, tak jauh dari truk tersebut, teronggok dua mobil aparat kepolisian dalam kondisi terbalik dan dalam kondisi bekas terbakar.
Biaya Ditanggung Pemkab
Sementara itu, Bupati Malang, Sanusi, mengungkapkan rasa dukanya atas tragedi ini. Ia pun berjanji akan menanggung biaya pengobatan korban yang dirawat di sejumlah rumah sakit di wilayah Kabupaten Malang ini.
"Seluruh biaya pengobatan ditanggung Pemkab Malang. Saya sudah meminta agar para korban ini segera ditangani," kata Sanusi.
"Kami minta agar semua ditangani tanpa melihat identitas mereka juga karena ada beberapa korban yang tak membawa identitas," ia menandaskan.
(***)