Karena Gula, Penjajah Betah Berlama-lama di Indonesia
Alhasil, gula menjadi motor penggerak masuknya pundi-pundi keuntungan ke kas negara kolonial.
Sayang, sistem tanam paksa atau Cultuurstelsel sendiri membawa penderitaan bagi pribumi. Di tengah meningkatnya nilai ekspor gula di tahun 1840 yang mencapai 74,2 gulden, kesejahteraan petani justru terabaikan.
Setelah sistem tanam paksa digantikan oleh kebijakan agraris wet di tahun 1870, pihak swasta akhirnya ikut masuk ke dalam industri gula. Sehingga produksi gula meningkat pesat, namun kehidupan petaninya tak pernah berubah.
Barulah di periode 1900 - 1930, industri gula di tanah Jawa mengalami puncak kejayaannya. Tercatat di tahun 1929, berdiri 164 pabrik dengan produksi mencapai 2,9 juta ton.