Wanita Melepas Jilbab Sebagai Protes Setelah 22 Tahun Ditangkap Karena Pelanggaran Kode Berpakaian Meninggal di Iran
RIAU24.COM - Puluhan wanita turun ke jalan-jalan di Iran Barat pada hari Sabtu, 17 September 2022 dan melepas jilbab mereka sebagai tanda protes atas kematian seorang wanita berusia 22 tahun, Mahsa Amini.
Mahsa Amini dilaporkan ditangkap dan dipukuli oleh polisi negara Iran. karena tidak mengikuti aturan hijab dengan benar.
Sebuah video jadi viral di media sosial yang menunjukkan aksi pengunjuk rasa wanita melepas jilbab mereka dan meneriakkan 'Matilah Diktator' selama protes di kampung halaman Amini, Saghez.
Sebagai informasi, membuka jilbab di Iran dianggap sebuah kejahatan yang dapat dihukum di Iran.
Selain itu, beberapa video viral menunjukkan pengunjuk rasa menghadapi polisi anti huru hara yang terpaksa menggunakan gas air mata pada para perusuh.
Dalam beberapa video, tembakan terdengar di lokasi protes.
Mahsa Amini mengalami koma setelah ditangkap di Teheran dan meninggal pada hari Jumat, 16 September 2022.
Media pemerintah dan keluarganya mengatakan, para aktivis mendesak mereka yang bertanggung jawab atas kematiannya yang mencurigakan.
Mahsa sedang dalam kunjungan bersama keluarganya ke ibukota Iran ketika dia ditahan pada hari Selasa oleh unit polisi yang bertanggung jawab untuk menegakkan aturan berpakaian ketat republik Islam itu untuk wanita, yang mencakup kewajiban mengenakan jilbab di depan umum.
"Sayangnya, dia meninggal dan tubuhnya dipindahkan ke kantor pemeriksa medis," lapor televisi pemerintah Iran.
Media berbahasa Persia, termasuk situs web Iran Wire dan surat kabar Shargh mengutip informasi dari keluarganya,, mengatakan bahwa Mahsa yang sebelumnya sehat telah dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan koma beberapa jam setelah penangkapannya dan kini telah meninggal.
Saksi mata mengungkapkan bahwa Mahsa dipukuli di dalam mobil van polisi, hal yang dibantah telah dilakukan oleh polisi Iran.
Namun, beberapa jam setelah penangkapannya, keluarga Mahsas diberi tahu bahwa dia telah dibawa ke rumah sakit Kasra di mana dia dipindahkan ke unit perawatan intensif.
Polisi mengatakan bahwa dia menderita serangan jantung, sebuah kesaksian yang ditentang keras oleh keluarga, yang mengatakan bahwa Mahsa dalam kondisi sehat sampai dia ditangkap.
The Guardian melaporkan, bahwa organisasi hak asasi manusia Iran Hrana mengatakan bahwa keluarga Mahsa telah diberitahu bahwa dia akan dibebaskan.
Insiden itu terjadi beberapa minggu setelah Ebrahim Raisi, presiden garis keras Iran, memerintahkan penegakan aturan berpakaian wanita yang lebih ketat termasuk mengenakan jilbab setiap saat.
Dia juga menetapkan hukuman yang lebih keras untuk pelanggaran yang sama.
Pemerintah Iran telah meluncurkan penyelidikan atas masalah ini. ***