Miris, Kisah Para Warga yang Tinggal di Desa yang Terendam Banjir Ini Jadi Perhatian Warganet
Sekarang dia mengalami kesulitan tidur di malam hari karena dia khawatir air akan semakin tinggi saat dia tidur. Putra Kumaison tinggal di desa terdekat dan telah menawarkannya untuk tinggal bersamanya. Namun terlepas dari kekhawatirannya, Kumaison mengatakan dia tidak ingin pergi, karena dia menikmati kebersamaan dengan teman-teman dan komunitas yang dia kenal selama beberapa dekade.
Munadiroh duduk di luar rumahnya di Mondoliko, Jawa Tengah [Dita Alangkara/AP Photo]
Buku-buku yang rusak karena air mengering di teras kayu yang ditinggikan di rumah Munadiroh yang berusia 46 tahun, sementara bak putih mengambang yang digunakan untuk mengangkut barang-barang di dalam air ditambatkan di dekatnya. Dengan tidak ada lahan tersisa di desa, dua ayam berdesir di pohon di dekatnya, menyebabkan satu-satunya suara yang terdengar di seluruh desa.
Desa itu menjadi sunyi sejak hampir setiap keluarga pergi karena banjir yang terus-menerus. Bahkan masjid setempat, tempat suami Munadroh berprofesi sebagai ulama, telah menghentikan azan.
Tanpa sumber keuangan untuk pindah dan tanpa rumah alternatif untuk pindah, Munadiroh dan keluarganya tetap tinggal di desa. Anaknya menempuh perjalanan jauh ke sekolah dengan mengarungi air dan naik perahu beberapa kali seminggu. Terkadang rumah mereka masih banjir, tetapi Munadiroh mengatakan bahwa dia terus bekerja untuk mengeringkan sebanyak mungkin barang di bawah sinar matahari setiap hari.