Miris, Kisah Para Warga yang Tinggal di Desa yang Terendam Banjir Ini Jadi Perhatian Warganet
RIAU24.COM - Sawah-sawah hanyut. Pohon kelapa dan tanaman cabai yang tergenang air asin mati semua. Kolam ikan petani gagal, air sangat tinggi sehingga ikan berenang di atas jaring. Dan sampah-sampah yang terbawa arus air terapung keluar masuk rumah-rumah dengan pintu-pintu yang tidak bisa ditutup lagi.
Di pantai utara Jawa Tengah, Indonesia, desa-desa terkena dampak akibat naiknya permukaan air laut, salah satu dari banyak dampak perubahan iklim. Penghuninya harus meninggikan rumahnya beberapa meter dengan semen atau tanah agar air laut tidak masuk. Yang lain hanya bisa diakses saat air surut, menjebak orang di dalam selama berjam-jam.
Banyak penduduk desa telah meninggalkan daerah itu, menjadi migran iklim yang mencari kehidupan baru di tempat-tempat yang lebih kering dan lebih tinggi di atas permukaan laut. Yang lain tetap tinggal di rumah mereka yang terendam banjir - beberapa karena pilihan, tetapi banyak karena mereka kekurangan uang untuk pindah.
Indonesia Hidup Di Tengah Banjir" src="https://www.aljazeera.com/wp-content/uploads/2022/09/AP22243071588326.jpg?resize=1920%2C1080" />
Zuriah berdiri di luar rumahnya yang terendam banjir di Mondoliko, Jawa Tengah [Dita Alangkara/AP Photo]
Zuriah, yang seperti kebanyakan orang Indonesia hanya menggunakan satu nama, berdiri di depan rumahnya yang terendam banjir. Satu-satunya sisa tanah yang pernah dia miliki adalah pot bunga berisi tanah yang diletakkan di atas panggung kayu di atas air di depan rumahnya.