Bisa Picu Kerusakan Otak, Stop Penggunaan Earphone Terus Menerus
RIAU24.COM -Penggunaan headset yang terlalu sering bisa memicu terjadinya kerusakan pada otak seseorang. Hal tersebut terjadi karena gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh headset menimbulkan radiasi yang dapat merusak otak.
Umumnya dampak yang paling sering dirasakan ketika menggunakan headset dalam jangka waktu lama yaitu kepala terasa sakit dan pusing setelah menggunakannya.
Berdasarkan hear-it, ternyata mendengarkan musik dengan earphone bisa menyebabkan kerusakan pada saraf otak, bahkan memiliki efek kerusakan yang sama seperti pada penyakit multiple sclerosis.
Penelitian menunjukkan, tingkat kebisingan di atas 110 desibel dapat menyebabkan hilangnya isolasi dari serabut saraf yang membawa sinyal dari telinga ke otak.
Hal tersebut menimbulkan peluang hilangnya lapisan pelindung yang disebut mielin. Jika terjadi, sinyal saraf otak akan terganggu.
Diketahui bahwa mendengarkan musik keras secara terus menerus dapat menyebabkan masalah pendengaran seperti gangguan pendengaran sementara atau tinnitus (telinga berdenging), bahkan gangguan pendengaran permanen.
Mengutip Tagar.id Rabu (10/8/2022)
"Penelitian ini memungkinkan kita untuk memahami jalur dari paparan suara keras hingga gangguan pendengaran. Membedah mekanisme seluler yang mendasari kondisi ini kemungkinan akan membawa manfaat kesehatan yang sangat signifikan bagi populasi yang lebih luas," kata pemimpin peneliti Dr. Martine Hamann, dari University of Leicester di Inggris.
Penelitian ini akan membantu dalam pencegahan serta kemajuan proses menemukan obat yang tepat untuk gangguan pendengaran pada otak. Para ilmuwan menemukan bahwa hilangnya lapisan mielin sebagai akibat dari paparan kebisingan, bisa berangsur angsur tumbuh kembali dalam waktu tertentu.
Itu artinya pendengaran dapat pulih kembali. Namun meski begitu, kita tidak dapat menyepelekan penggunaan earphone dengan suara yang sangat keras secara terus menerus. Jika tidak mulai dikurangi dari sekarang, maka harus bersiap menghadapi resiko naiknya potensi kerusakan otak yang lebih besar. (Mer)