Dilelang, Jam Tangan Adolf Hitler Terjual Seharga Rp16 Miliar
RIAU24.COM - Sebuah jam tangan yang pernah dipakai Adolf Hitler terjual seharga USD 1,1 juta atau setara dengan Rp16 Miliar dalam sebuah lelang di Amerika Serikat.
Arloji Huber, yang memiliki simbol swastika dan memiliki inisial 'AH' terukir di atasnya, dijual kepada penawar anonim.
Rumah lelang, Alexander Historical Auctions yang menempatkan jam tangan untuk menawar telah memperkirakan untuk mengambil antara 2 sampai 4 juta dolar, menurut laporan Deutsche Welle.
Jam tangan Adolf Hitler tersebut digambarkan sebagai peninggalan Perang Dunia II dengan proporsi bersejarah.
Menurut rumah lelang, seorang tentara Prancis telah mengambil jam tangan itu bersama unitnya, yang terdiri dari 30 tentara Prancis.
Arloji itu kemudian dikabarkan dijual kembali dan diturunkan secara turun-temurun hingga kini, demikian BBC mengutip penilaian rumah lelang tersebut.
Selain jam tangan, ada barang lain yang dulunya milik Hitler dijual dalam lelang. Termasuk gaun milik istri Hitler, Eva Braun, foto-foto bertanda tangan pejabat Nazi dan kain kuning Bintang Daud bertuliskan kata ‘Jude’, yang merupakan bahasa Jerman untuk orang Yahudi.
sumber: Agencies
Selama Holocaust, orang-orang Yahudi dipaksa oleh Nazi untuk memakai pengenal kuning sebagai ban lengan atau lencana, dengan maksud untuk mengisolasi dan melecehkan mereka.
Namun, para pemimpin Yahudi mengutuk pelelangan yang berlangsung minggu ini di Maryland dengan mengatakan bahwa itu tidak memiliki nilai sejarah.
Dalam sebuah surat terbuka yang ditandatangani oleh 34 pemimpin Yahudi, pelelangan itu disebut menjijikkan. Mereka juga menuntut agar barang-barang Nazi lainnya ditarik dari pelelangan.
"Meskipun jelas bahwa pelajaran sejarah perlu dipelajari dan artefak Nazi yang sah memang termasuk museum atau tempat-tempat pendidikan tinggi, barang-barang yang anda jual jelas tidak," kata Rabbi Menachem Margolin, ketua Asosiasi Yahudi Eropa tulis, dikutip BBC.
Namun, presiden rumah lelang, Bill Panagopulos membela lelang dengan mengatakan bahwa pembelinya adalah seorang Yahudi Eropa.
"Apakah sejarah baik atau buruk, itu harus dilestarikan. Jika anda menghancurkan sejarah, tidak ada bukti bahwa itu terjadi," kata Wakil Presiden Senior Mindy Greenstein kepada Deutsche Welle.
(***)