Kerbau Bule, Binatang Kesayangan Paku Buwono II
RIAU24.COM - Sejarah mencatat, leluhur kerbau bule merupakan binatang kesayangan dari Paku Buwono II (PBII).
Hal ini diketahui dalam buku Babad Solo karya Raden Mas (RM) Said dikutip dari okezone.com.
Alasan inilah yang membuat Keraton Kasunanan Surakarta atau Keraton Solo tak bisa lepas dari keberadaan kerbau bule.
Dipercaya, leluhur kerbau bule merupakan hadiah dari Kiai Hasan Beshari, Tegalsari, Ponorogo kepada Paku Buwono (PB) II, yang diperuntukkan sebagai cucuk lampah (pengawal) dari sebuah pusaka keraton yang bernama Kiai Slamet.
Saat itu, PB II pulang dari mengungsi di Pondok Tegalsari ketika terjadi pemberontakan pecinan yang membakar Keraton Kartasura.
Tak hanya itu, konon, saat Paku Buwono II mencari lokasi untuk keraton yang baru, tahun 1725, leluhur kerbau bule tersebut dilepas, dan perjalanannya diikuti para abdi dalem keraton.
Hingga akhirnya berhenti di tempat yang kini menjadi Keraton Solo atau sekitar 500 meter arah selatan Balai Kota Solo saat ini.
Kondisi ini pun memubat masyarakat Solo dan sekitar seperti Kabupaten Karanganyar, Sragen, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, dan Wonogiri menganggap Kerbau bule Kiai Slamet bukan lagi sebagai hewan yang asing.
Setiap malam 1 Sura dari penanggalan Jawa, atau malam tanggal 1 Muharam menurut kalender Islam (Hijriah), kerbau bule dikirab, menjadi cucuk lampah sejumlah pusaka keraton.
Ritual kirab malam 1 Sura berlangsung tengah malam, biasanya tepat tengah malam, tergantung kemauan dari kerbau Kiai Slamet.
Sebab, kerbau baru keluar dari kandang selepas pukul 01.00 WIB. Kirab pusaka ini sangat tergantung pada kerbau Kiai Slamet.
Jika saatnya tiba, biasanya tanpa harus digiring kawanan kerbau bule akan berjalan dari kandang menuju halaman keraton.
Peristiwa ini sangat ditunggu-tunggu masyarakat. Ribuan orang tumpah ruah di sekitar istana, juga di jalan-jalan yang akan dilalui kirab.
Kawanan kerbau ini juga sering berkelana ke tempat-tempat jauh untuk mencari makan tanpa diikuti abdi dalem yang bertugas menggembalakannya.
Mereka sering sampai ke Cilacap yang jaraknya lebih 100 kilometer dari Solo, atau Madiun di Jawa Timur.
Namun anehnya, menjelang Tahun Baru Jawa, yakni 1 Sura atau 1 Hijriyah, mereka akan kembali ke keraton karena akan mengikuti ritual kirab pusaka.