Fenomena Bisnis Daging Anjing di Indonesia yang Berkembang Pesat, Tuai Perhatian Dari Dog Meat Free
Dicky Senda, seorang penulis dan aktivis makanan yang berbasis di Mollo, Nusa Tenggara Timur, mengatakan perdagangan daging anjing telah meningkat pesat di provinsi ini dalam beberapa tahun terakhir, terbukti dengan menjamurnya kios-kios yang menjual anjing yang dimasak dengan campuran rempah-rempah aromatik.
“Menurut penelitian kami, orang Mollo tidak secara memakan anjing. Anjing adalah hewan penting dalam budaya Mollo yang dianggap sebagai teman dan kerabat. Oleh karena itu, motif cakar anjing menjadi motif yang umum pada kain tenun masyarakat Mollo. Sebagai komunitas pertanian dan berburu, anjing dianggap sebagai hewan yang membantu. Saya tidak tahu kapan tepatnya dimulai, tetapi sekarang makan anjing menjadi semakin populer," kata Senda kepada Al Jazeera.
Popularitas restoran anjing di Nusa Tenggara Timur tersebut telah berkembang ke titik dimana pedagang daging anjing berjuang dengan tingginya penawaran dan permintaan, kata Senda. Hal itu telah memicu insiden anjing jalanan diracuni dengan makanan yang dicampur dengan potasium, yang membuat hewan-hewan itu tidak sadarkan diri.
“Saya kehilangan lima atau enam anjing dalam beberapa tahun terakhir seperti itu,” kata Senda.
Akibat praktik tersebut, yang telah dilaporkan di seluruh negeri, Dog Meat Free Indonesia telah bertahun-tahun melobi pemerintah untuk melarang daging anjing, dan sejumlah pemerintah daerah telah membuat penjualan daging anjing ilegal di sekitar mereka.
Tahun lalu, seorang pedagang daging anjing di Jawa Tengah menjadi orang pertama yang diadili atas perannya dalam perdagangan tersebut. Pedagang itu dijatuhi hukuman penjara 10 bulan dan denda $10.000 setelah lebih dari 70 anjing ditemukan dikemas dalam truk untuk diangkut ke kafe dan restoran daging anjing.