Imbas Pandemi, Dewa Judi di Malaysia Terancam Bangkrut
RIAU24.COM - Siapa sangka sebutan Dewa Judi tak hanya ada dalam film saja, namun terjadi dalam kehidupan nyata. Seseorang dengan julukan Dewa Judi ini berasal dari Malaysia, ia disebut demikian karena memiliki tempat perjudian terbesar di Asia Tenggara. Negara yang menjunjung tinggi nilai Islam ini, malah mengakomodir dan mengesahkan tempat perjudian tersebut.
Kasino yang bernama Genting ini mulai beroperasi sejak 1971 dan pemimpin Genting Group juga menjadi orang terkaya ke-11 di Malaysia. Namun, kabar kurang sedap datang dari sang Dewa Judi ini, ia dikabarkan tengah mengalami kebangkrutan, seperti dilansir Riau24.com dari Boombastis.com.
Orang terkaya ke-11 di Malaysia
Lim Kok Thay merupakan keturunan Tionghoa yang lahir pada 16 Agustus 1951 dan merupakan putra kedua dari mendiang Lim Goh Tong, pendiri Genting Highland Malaysia. Lim telah menjabat sebagai direktur Genting ketika ayahnya masih hidup. Kemudian menjadi CEO Genting setelah ayahnya pensiun pada tahun 2003.
Ia merupakan sarjana teknik sipil dari Universitas London dan melanjutkan program managemen di Harvard Business School Amerika Serikat. Ia menjadi orang terkaya ke-11 di Malaysia dengan kekayaan mencapai Rp4,6 triliun dan berada di urutan 1.174 orang terkaya di dunia. Dari bisnis resor dan judi, Lim mencetak pendapatan sebesar Rp70 triliun pada tahun 2018.
Pebisnis handal yang di berbagai bidang
Lim terus melakukan ekspansi bisnis di industri pariwisata dan hiburan. Ia juga menjalin kemitraan dengan merek-merek ternama, seperti Universal Studios, Hard Rock Hotel, Outlet Premium, dan lainnya. Ia membantu mendirikan Foxwoods Resort Casino di Connecticut, yang menjadikannya kasino terbesar di Amerika Serikat. Pada 2005, Lim melebarkan sayapnya ke Inggris dan menjadi operator kasino terbesar di Britania Raya.
Di tahun 2006, ia membuka Resort World Sentosa di Singapura dan menjadi tujuan wisata yang dibuka tahun 2010 dengan Universal Studio-nya, hotel, dan museum. Genting juga menjadi operator pelayaran terbesar ketiga di dunia, dengan armada sebanyak 18 unit kapal pesiar. Lewat Genting Group, ia juga menjajal bisnis pembangkit listrik, properti, minyak dan gas, bioteknologi, hingga kelapa sawit yang menjadi salah satu komoditas unggulan Negeri Jiran.
Lim dinyatakan bangkrut
Mernurut Forbes, Lim gagal mendapatkan suntikan dana untuk anak perusahaannya, Genting Hongkong yang bergerak dibidang pelayaran. ia juga gagal mendapatkan sponsor, lantaran utang yang dimiliki Genting sudah menumpuk. Saham Genting Hongkong juga merosot hingga 56 persen dan mengalami kerugian mencapai Rp10 triliun.
Kinerja Genting tengah merosot lantaran pandemi Covid-19 dan mengalami kerugian tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. Pihak Amerika Serikat mengatakan akan menyita kapal pesiar Lim, karena memiliki tagihan bahan bakar yang belum dibayar. Forbes mencatat kekayaan Lim sendiri turun hingga Rp1,4 triliun. Meskipun Genting Hongkong mengalami kebangkrutan, hal ini tidak akan berdampak kepada bisnis Lim yang ada di Malaysia dan Singapura.
Pandemi Covid-19 memang menjadi momok bagi banyak orang, mulai dari banyaknya kebangkrutan perusahaan hingga PHK masal. Pemerintah harus terus andil dalam pemulihan ekonomi yang sempat goyah akibat pandemi. Beberapa perusahaan di sektor wisata dan hiburan bisa mulai bangkit kembali karena pandemi mulai mereda. (***)