Bashar al-Assad Hadiri Salat Idul Adha di Bekas Benteng Oposisi Suriah
RIAU24.COM - Presiden Suriah, Bashar al-Assad mengambil bagian dalam shalat Idul Adha pada hari kedua kunjungan pertamanya ke bekas kubu oposisi Aleppo dalam lebih dari satu dekade.
Assad memulai kunjungan yang sangat simbolis pada hari Jumat ke kota kedua Suriah, yang sebelumnya dipegang oleh oposisi dan pasukan ekstremis sebelum direbut kembali pada tahun 2016 dengan dukungan penting Rusia, menandai titik balik utama dalam perang 11 tahun negara itu.
“Presiden Bashar al-Assad pada hari Sabtu melakukan shalat Idul Adha di masjid Sahabiy Abdallah bin Abbas di kota Aleppo,” kantor berita negara SANA melaporkan.
Kantor berita itu juga merilis pesan di mana Assad mengucapkan selamat Idul Adha kepada rakyat Suriah dan tentara di militer.
Sebagian besar Aleppo rusak akibat konflik, termasuk Kota Tua yang bersejarah, dimana Assad dan keluarganya terlihat berjalan di dekat Masjid Agung Umayyah pada hari Jumat.
SANA, pada Sabtu menerbitkan gambar Assad dikelilingi oleh kerumunan ulama dan jamaah berteriak-teriak untuk menyambutnya.
Sebelum perang, kota utara dianggap sebagai salah satu yang terpanjang di dunia yang terus dihuni, memiliki pasar, masjid, dan pemandian umum, tetapi pengepungan brutal terhadap pasukan oposisi membuatnya rusak.
Pertempuran merusak sebanyak 60 persen Kota Tua Aleppo, menurut perkiraan badan kebudayaan PBB, UNESCO.
Provinsi Aleppo menyaksikan pertempuran sengit antara pasukan pemerintah, pasukan oposisi dan ekstremis ISIS dari 2012 sampai pasukan pemerintah yang didukung Rusia secara bertahap menggulingkan mereka.
Pada hari Jumat, Assad mengunjungi pembangkit listrik utama di pedesaan timur provinsi itu untuk mengawasi peluncuran kembali sebagian setelah kerusakan perang.
Dia juga hadir untuk peluncuran kembali stasiun pompa air, pernyataan dari kepresidenan Suriah mengatakan di Telegram.
Jaringan listrik dan infrastruktur lainnya di seluruh negeri dirusak oleh perang, yang diperkirakan telah menewaskan hampir setengah juta orang dan membuat jutaan orang mengungsi.
Pemerintah Suriah tidak memiliki otoritas atas seluruh provinsi Aleppo, dengan daerah-daerah di perbatasan Turki masih dikendalikan oleh kelompok-kelompok yang didukung Ankara dan Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin oleh Kurdi.***