Cerita Buya Hamka, Musuh Politik Sang Presiden
RIAU24.COM - Pasukan pengamanan Presiden Soekarno, Resimen Tjakrabirawa dituduh sebagai kelompok yang paling bertanggung jawab saat terjadinya peristiwa G30S/PKI.
Alhasil, seluruh Resimen Tjakrabirawa ditangkap dan dijebloskan ke penjara karena dicap terlibat dalam gerakan makar dikutip dari sindonews.com.
Mereka yang ditangkap itu termasuk Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa Kolonel CPM Maulwi Saelan. Posisinya sebagai orang yang berada di ring 1 Presiden membuatnya dianggap sebagai bagian dari gerakan tersebut.
Dia ditahan di Rumah Tahanan Militer (RTM) Budi Utomo, Jakarta. Sebelum mendekam di balik jeruji besi, Maulwi mengaku sempat beberapa kali diinterogasi.
Bahkan, meski telah ditahan dan dipenjara, Maulwi tetap diinterogasi petugas untuk dimintai keterangan dalam peristiwa itu. Untuk menjatuhkan morilnya, Maulwi sempat masukkan ke dalam ruang tahanan yang berisi para penjahat kriminal.
Tak berapa lama dia dipindah ke Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Nirbaya bersama dengan Komandan Tjakrabirawa Brigjen Sabur, Komandan Detasemen Kawal Pribadi (DKP) Kompol Mangil dan rekan-rekan lainnya yang sama-sama dituding terlibat dalam gerakan kudeta tersebut.
Hingga pada pertengahan 1972, Maulwi tiba-tiba diperintahkan petugas untuk keluar dari sel. Dalam perjalanan, Maulwi baru mengetahui jika dirinya telah bebas.
"Ternyata itu hari kebebasan. Sudah begitu aja," kenang Maulwi.
Setelah lima tahun menjalani masa tahanan sejak 1967, Maulwi akhirnya bisa menghirup udara bebas sambil mewajibkannya mendatangi kantor CPM dan meminta surat keterangan resmi agar tidak dicap sebagai PKI.
Tidak hanya itu, Maulwi juga tidak mendapatkan gaji atau pensiunannya sebagai tentara.
Hingga suatu ketika Maulwi bertemu dengan ulama besar Buya Hamka dan memercayai Maulwi untuk membantu mengurus sekolah di Kebayoran Baru.
Maulwi pun berhasil membayar kepercayaan itu hingga Buya Hamka mengangkatnya menjadi anak angkat. Maulwi kala itu merasa rikuh karena dirinya merupakan orang dekat Soekarno yang merupakan musuh politik Buya Hamka.
Namun Buya Hamka tak mempermasalahkannya. Perlahan kehidupan Maulwi pun kembali normal.
Maulwi mengembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan pada Senin, 10 Oktober 2016 sekitar pukul 18.30 WIB.