Apa Itu Stunting Pada Anak? Kenali Penyebab dan Cara Pencegahannya
RIAU24.COM - Apa itu Stunting? Stunting adalah kondisi dimana anak balita tidak melakukan pertumbuhan dengan normal. Bukan hanya berat badan tetapi juga tinggi badan yang tidak menunjukkan perkembangan.
Sangat perlu diwaspadai ketika melihat tinggi dan berat badan anak balita ketika sedang tumbuh berkembang. Penuhi kebutuhan nutrisi hingga tercukupi.
Pengertian Stunting
Mengutip dari artikel rilis oleh Kementerian Kesehatan RI, stunting merupakan sebuah kondisi yang ditandai ketika ukuran atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan tinggi normal pada usianya.
Stunting adalah kondisi anak tersebut mengalami gangguan pada pertumbuhannya sehingga menyebabkan tubuh tidak mengalami pertumbuhan dan dirasa pendek dibandingkan dengan teman-teman seusianya.
Penyebab utama stunting biasanya adalah kekurangan nutrisi.
Perlu menjadi perhatian lebih untuk orang tua agar mengerti pemahaman bahwa tumbuh pendek bukan berarti anak mengalami stunting. Tetapi, jika ditemukan perkembangan sang anak tidak meningkat dan tinggi tubuhnya terlalu jauh ketimbang teman di usianya, pasti hal tersebut menunjukkan anak tersebut mengalami stunting.
Berikut pengecekan tinggi anak menurut Kemenkes RI.
Usia Tinggi Badan Anak Laki-laki Tinggi Badan Anak Perempuan
1 tahun 71,7 cm 69,8 cm
2 tahun 81,5 cm 79,2 cm
3 tahun 89,0 cm 87,8 cm
4 tahun 95,8 cm 95,0 cm
Penyebab terjadinya stunting pada anak
Penyebab utama stunting pada anak adalah kurangnya nutrisi dan gizi yang diberikan selama masa perkembangannya. Dinilai dari pertama ibunya melahirkan hingga ia menjadi anak balita yang terus melakukan perkembangan.
Sangat penting, kesehatan dunia (WHO) menetapkan bahwa 20% kejadian stunting dimulai sejak bayi berada dalam kandungan ibu. Maka, asupan ibu selama hamil jika memiliki gizi yang kurang cenderung membuat perkembangan anak terhambat dan mengalami stunting. Maka dari itu, selama hamil sangat disarankan untuk mencukupi segala nutrisi penting untuk kesehatan bayi dan ibu.
Selanjutnya, ketika anak berada dalam usia bulanan. Perkembangan lanjutan akan terjadi dan proses akan terus berjalan dan mengalami masa berhenti setelah anak telah berusia 3 tahun lebih. Selama masa usia 0-3 tahun tersebut sangat diperlukan pemberian asupan makanan yang mengandung protein serta mineral zinc dan zat besi.
Bila setelah usia 3 tahun terlihat kondisi yang tidak normal dalam berat badan dan tinggi badannya bisa dipastikan anak tersebut mengalami kegagalan pertumbuhan dan memang telah terjadi stunting.
Pencegahan stunting pada anak
Hal ini ditegaskan oleh Kementerian Kesehatan RI untuk mencegah terjadinya stunting pada anak karena 100 persen kesehatan anak tersebut membutuhkan peran orang tua dan peran semua sektor serta masyarakat.
1) Pola Makan
Stunting dipengaruhi oleh rendahnya asupan makanan dari segi kualitas gizi, dan makanan yang tidak memiliki kandungan baik.
Sangat dihimbau untuk ibu hamil dan ibu yang memiliki anak balita memperhatikan pola makan dengan mengisi isi piriang sesuai dengan ketetapan
Kemenkes yakni berupa sayur dan buah, protein dengan porsi yang lebih banyak daripada karbohidrat.
2) Pola Asuh
Stunting juga dapat dipengaruhi oleh perilaku orang tua yang melakukan pola asuh kurang baik. Pola asuh termasuk dalam praktek pemberian makanan untuk bayi usia 0-3 tahun.
Pola Asuh termasuk pula dalam pemberian ASI. Menurut kesehatan ASI eksklusif harus dilakukan sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun dan diikuti dengan makanan pendamping ASI yang memiliki asupan gizi cukup. Dihimbau untuk mengikuti berbagai tahapan imunisasi ke Posyandu setiap bulan.
3) Sanitasi dan Akses Air Bersih
Hal ini sangat perlu diperhatikan karena telah menjadi pelayanan kesehatan untuk menghindari anak usia balita dalam resiko penyakit infeksi.
Perlu membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta mencuci peralatan bayi dengan baik dan memilih produk yang aman untuk kesehatan bayi.
Stunting sangat mengancam banyak kalangan terutama manusia di Indonesia yang belum memiliki kepekaan terhadap kualitas kesehatan.
Sosialisasi stunting harus terus dilakukan agar seluruh lapisan masyarakat mengerti dan meminimalisir terganggunya perkembangan anak dimasa depan.*