RIAU24.COM - Kata Holocaust berasal dari kata Yunani holos (seluruh) dan kaustos (dibakar), secara historis digunakan untuk menggambarkan persembahan korban yang dibakar di atas altar. 

Namun sejak 1945, kata Holocaust telah mengambil makna baru dan mengerikan yaitu penganiayaan ideologis dan sistematis yang dilatarbelakangi negara.

Kata Holocaust menjadi kata yang menggambarkan pembunuhan massal jutaan orang Yahudi Eropa oleh rezim Nazi Jerman antara tahun 1933 dan 1945.

Peristiwa Holocaust tidak hanya membunuh massal orang Yahudi namun termasuk orang Romawi, orang cacat intelektual, pembangkang dan homoseksual.

Bagi pemimpin Nazi anti-Semit Adolf Hitler, orang-orang Yahudi adalah ras yang lebih rendah, ancaman asing bagi kemurnian dan komunitas rasial Jerman. 

Setelah bertahun-tahun pemerintahan Nazi di Jerman, di mana orang-orang Yahudi secara konsisten dianiaya, ‘solusi akhir Hitler’ (Holocaust) berhasil di bawah kedok Perang Dunia II.

Bukti pemusnahan tersebut dapat dilihat di pusat-pusat pembunuhan massal yang dibangun di kamp-kamp konsentrasi di Polandia yang diduduki Nazi saat itu.

Sekitar enam juta orang Yahudi dan sekitar 5 juta lainnya, yang ditargetkan karena alasan rasial, politik, ideologis dan perilaku, tewas dalam peristiwa Holocaust. 

Lebih dari satu juta dari mereka yang tewas adalah anak-anak.