Sri Lanka Bangkrut, Akhir dari Salah Kebijakan dan Hutang Negara
RIAU24.COM - Sri Lanka umumkan bangkrut karena ekonomi negara tersebut telah hancur dan tidak mampu lagi membeli berbagai kebutuhan pokok seperti impor minyak dan berbagai komoditas lainnya.
Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe.
Ranil menyebutkan kondisi tersebut akan menyusul keadaan yang lebih parah seperti Hal ini ia kekurangan makanan, bahan bakar, dan listrik selama berbulan-bulan.
Ia menyampaikan situasi tidak bisa lagi tertolong karena kredit dari negara tetangga seperti India yang tidak lagi mampu menopang ekonomi negaranya.
"Kami sekarang menghadapi situasi yang jauh lebih serius di luar kekurangan bahan bakar, gas, listrik dan makanan," kata Ranil di hadapan parlemen dilansir dari suara.com.
"Ekonomi kita telah benar-benar runtuh, itu adalah masalah paling serius hari ini," ujarnya yang menegaskan bahwa Sri lanka sudah bangkrut.
Pada saat yang sama, Ranil mengungkapkan bahwa negara memiliki utang sebesar 700 juta dolar AS dari perusahaan minyak milik negara yakni Ceylon Petroleum Corporation.
"Akibatnya, tidak ada negara atau organisasi di dunia yang bersedia menyediakan bahan bakar kepada kami. Mereka bahkan enggan menyediakan bahan bakar untuk uang tunai," lanjutnya.
Negara Sri Lanka diketahui terus berjuang dengan utang luar negeri yang luar biasa. Beban tersebut ditambah dengan dampak pandemi Covid 19, salah satunya hilangnya pendapatan pariwisata dan meningkatnya biaya komoditas masyarakat.