Nestapa Afghanistan, Menderita Akibat Perang, Kini Ribuan Warganya Meninggal Setelah Gempa Kuat Mengguncang Paktika dan Khost
“Pemerintah bekerja sesuai kemampuannya. Kami berharap Komunitas Internasional & lembaga bantuan juga akan membantu orang-orang kami dalam situasi yang mengerikan ini,” cuit Anas Haqqani, seorang pejabat senior Taliban.
Dalam langkah yang jarang terjadi, pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzadah, yang hampir tidak pernah muncul di depan umum, memohon kepada masyarakat internasional dan organisasi kemanusiaan “untuk membantu orang-orang Afghanistan yang terkena dampak tragedi besar ini dan berusaha keras”.
PBB dan Uni Eropa dengan cepat menawarkan bantuan. “Tim penilai antar-lembaga telah dikerahkan ke sejumlah daerah yang terkena dampak,” tulis Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) di Afghanistan.
Tomas Niklasson, utusan khusus UE untuk Afghanistan, mentweet: “UE sedang memantau situasi dan siap untuk mengoordinasikan dan memberikan bantuan darurat UE kepada orang-orang dan komunitas yang terkena dampak.”
Perdana Menteri Mohammad Hassan Akhund mengadakan pertemuan darurat di Istana Presiden untuk mengoordinasikan upaya bantuan bagi para korban. Koordinator Residen PBB di Afghanistan, Ramiz Alakbarov, menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan mengatakan bahwa badan-badan badan dunia itu menanggapi kehancuran akibat gempa.
Pegunungan Afghanistan dan wilayah Asia Selatan yang lebih luas di sepanjang pegunungan Hindu Kush, tempat lempeng tektonik India bertabrakan dengan lempeng Eurasia di utara, telah lama rentan terhadap gempa bumi yang menghancurkan. Pada 2015, gempa bumi besar yang melanda timur laut negara itu menewaskan lebih dari 200 orang di Afghanistan dan negara tetangga Pakistan utara. Gempa berkekuatan 6,1 yang serupa pada tahun 2002 menewaskan sekitar 1.000 orang di Afghanistan utara. Dan pada tahun 1998, gempa bumi berkekuatan 6,1 skala Richter dan getaran berikutnya di timur laut terpencil Afghanistan menewaskan sedikitnya 4.500 orang.