Pembangkit Listrik Tenaga Surya Masa Depan Di Luar Angkasa Akan Memancarkan Energi Matahari Ke Bumi, Begini Caranya
RIAU24.COM - Sumber daya alam seperti matahari dan angin disebut-sebut sebagai akhir dari semua kesengsaraan energi manusia, dan memang seharusnya demikian. Matahari memiliki energi yang cukup untuk memberi daya pada banyak Bumi, namun kita masih belum dapat sepenuhnya memanfaatkan tenaga surya.
Beberapa negara ingin mencoba sesuatu yang baru. Sebagai permulaan, China baru saja mempercepat peluncuran stasiun luar angkasa pembangkit listrik tenaga surya di masa depan yang pada dasarnya akan memancarkan kembali energi ke Bumi untuk kita gunakan.
Peluncuran pertama China kini telah dimajukan hingga 2028. Sebuah satelit percobaan akan diluncurkan untuk tujuan ini dan akan mengorbit Bumi pada jarak 400 kilometer (248 mil). Menurut South China Morning Post, satelit akan "mengubah energi matahari menjadi gelombang mikro atau laser dan kemudian mengarahkan sinar energi ke berbagai target, termasuk lokasi tetap di Bumi dan satelit yang bergerak."
Sebuah makalah rinci diterbitkan dalam jurnal peer-review Chinese Space Science and Technology.
NASA juga telah mengusulkan proyek energi serupa sekitar dua dekade lalu, tetapi tidak pernah dikembangkan. Pada saat yang sama, pemerintah Inggris telah menugaskan penelitian untuk mendukung satelit senilai £16 miliar di orbit Bumi pada tahun 2035.
Penelitian yang didanai Inggris ini menyoroti bagaimana mekanisme tersebut akan mengumpulkan tenaga surya yang melimpah di orbit, dan kemudian memancarkannya "dengan aman ke titik tetap" di Bumi. Ini juga menyebutkan bagaimana satelit di orbit Bumi menerima sinar matahari selama lebih dari 99% dari waktu pada intensitas yang lebih besar daripada yang kita terima di permukaan bumi.
Selain itu, sinar pembawa energi dapat diarahkan ke tempat-tempat yang paling membutuhkannya. Ini bisa dalam bentuk ekspor atau untuk membantu penanggulangan bencana. Satelit semacam itu akan dapat memancarkan kembali energi ke Bumi 24x7, terlepas dari cuacanya. Menurut penulis makalah China Profesor Dong Shiwei, gelombang mikro bertenaga tinggi pada jarak yang begitu jauh akan membutuhkan antena yang sangat besar (kita berbicara ribuan meter). Pada saat yang sama, angin matahari, gravitasi, dan pergerakan satelit dapat menghalangi transmisi energi.