Ini yang Bakal Dilakukan Pribumi Jika Orang China Punya Hubungan Baik dengan Belanda Tahun 1825
RIAU24.COM - Perkumpulan orang-orang China di Ngawi, Jawa Timur di tahun 1825 begitu merepotkan pribumi dalam mengusir penjajahan Belanda.
Alhasil muncul gerakan anti-Tionghoa. Terutama gerakan yang dipelopori oleh pengikut Pangeran Diponegoro.
Puncaknya terjadi serangan terhadap masyarakat Tionghoa di Ngawi pada 17 September 1825.
Dikutip dari okezone.com dan buku "Takdir : Riwayat Pangeran Diponegoro 1785 - 1825" dari Peter Carey, sikap Pangeran Diponegoro terhadap orang Tionghoa begitu keras.
Konon Pangeran Diponegoro melarang para panglima dan komandan tempurnya menjalin relasi politik dengan kaum Tionghoa.
Perintah Pangeran Diponegoro itu mengulangi peringatan dari mbah buyutnya Sultan Mangkubumi, yakni agar jangan mengizinkan etnis Tionghoa berhubungan terlalu dekat dengan keraton Yogya.
Bahkan Pakualam mengingatkan lagi seruan ini menyusul pengangkatan Tan Jin Sing sebagai bupati keraton oleh Keraton Yogyakarta.
Awal mula sang pangeran dan pengikutnya memusuhi etnis Tionghoa karena peran serba salah yang diberikan penguasa Belanda.
Kedekatan etnis Tionghoa dengan penguasa Belanda di masa sebelum Perang Jawa menjadi sebab Tionghoa begitu dimusuhi.