Misteri Gurun Pasir Moynaq Bekas Laut yang Mengering Kini Menjadi ‘Kuburan Kapal’
RIAU24.COM - Kota Moynaq yang dikenal dengan kegiatan perikanannya di masa lalu yang di tunjang oleh keneradaan laut Aral. Meski disebut laut, Aral sebenarnya adalah sebuah danau yang memiliki luas 68 ribu kilometer persegi. Karna ukuran nya tersebut Aral dinobatkan sebagai danau terluas ke- empat di dunia.
Banyak dari masyarakat setempat yang menggantungkan hidupnya menjadi seorang nelayan. Bukan hanya itu, melimpahnya air di laut Aral membuatnya menjadi pemasok air tawar untuk wilayan utara Uzbekistan dan bagian sekatan Kazakhstan. Sayang, potensi tersebut tidak dapat terealisasikan dikarenakan salah kelola hingga air perlahan menyusut secara drastis.
Penyusutan air laut Aral terjadi akibat kebijakan keliru pemimpin Soviet atas pengelolaan wilayah setempat yang kala itu dijabat oleh Khrouchthcev. Di lansir dari Atlas Obscura, keputusan untuk mengalirkan saluran dari sungai Amu Darya dan Syr Darya, yang merupakan pemasok debit ke dalam laut Aral ternyata memiliki konsekuensi panjang.
Pengalihan tersebut sejatinya dilakukan untuk mengairi saluran irigasi wilayah gurun disekitar laut Aral, guna menghidupi pertanian kapas dan gandum yang ada. Ujung dari pengalihan tersebut menjadikan debit air di laut Aral diperkirakan berkurang sebanyak 25 sampai 75 persen. Dikarenakan kondisi tersebut danau mulai surut.
Melihat kenyataan tersebut, penduduk kota Moynaq melihat kondisi tersebut mau tak meninggalkan profesi sebagai nelayan dan pindah ke wilayah lain dikarenakan tidak bisa mencari ikan. Hal tersebut juga membuat kapal-kapal mereka terbengkalai dan ditinggalkan begitu saja di hamparan danau yang mulai mengering.
Tahun demi tahun jumlah penduduk dikota Moynaq mulai menyusut dikarenakan banyak yang pindah ke wilayah lain. Kapal-kapal nelayan yang teronggok di atas padang pasir perlaha mulai berkarat dan tertutup debu. Pemandangan tersebut membuat Moynaq menjadi tempat ‘Kuburan Kapal’.