Insiden Pembantaian Lapangan Tiananmen, Hari Tragis dan Tabu bagi Sejarah China
RIAU24.COM - Protes yang terjadi di Lapangan Tiananmen pada tanggal 4 Juni 1989 dan tindakan keras serta pembunuhan adalah momen yang sangat penting bagi sejarah China.
Dimana pada saat itu semua kekuasaan negara dipegang oleh satu partai (dan oleh para pemimpin tertinggi partai), secara brutal menghancurkan suara dan aspirasi pro-demokrasi dari warganya sendiri.
Tindakan keras itu menjadi tanggapan terhadap protes pro-demokrasi yang menjadi ungkapan ekspresi rakyat biasa. Dampak dari apa yang terjadi pada tanggal 4 Juni 1989 masih terasa hingga saat ini.
Pada tanggal 4 Juni 2022 menjadi peringatan ke 33 tahun atas insiden tragis tersebut.
Sebagai negara komunis, ekonomi pasar kapitalis merupakan sesuatu yang diharamkan bagi kelas politik China. Tetapi reformasi tahun 1980-an telah mengarah pada pembentukan ekonomi pasar yang baru pada saat itu membuat kemarahan di antara warga atas korupsi, inflasi dan isu-isu lainnya muncul ke permukaan.
Protes dimulai setelah kematian sekretaris jenderal Partai Komunis China (PKC) Hu Yaobang pada April 1989. Pada puncak protes, sekitar 1 juta orang telah berkumpul di Lapangan Tiananmen.
Pada saat itu pemerintah China menanggapi dengan brutal. Darurat militer diumumkan pada 20 Mei. Hampir 300.000 tentara dikerahkan bersama dengan tank di Beijing.
Pada tanggal 4 Juni, tentara membunuh banyak demonstran yang berusaha memprotes di depan militer. Banyak sekali pengamat yang tewas dalam kejadian tersebut.
Perkiraan jumlah korban tewas bervariasi dari beberapa ratus hingga beberapa ribu. Pemerintah melakukan penangkapan secara luas, memastikan bahwa tindakan keras itu hanya mendapat sedikit atau tidak ada liputan di pers domestik. PKC bahkan menurunkan pejabat yang dianggap simpatik terhadap pengunjuk rasa.
Saat ini insiden tersebut tetap menjadi topik diskusi yang tabu di China daratan dan tidak akan secara resmi diperingati oleh Partai Komunis atau pemerintah yang berkuasa.