Memaknai Merdeka Belajar Dan Merdeka Mengajar Filosofi Ki Hadjar Dewantara Dalam Perspektif Calon Guru Penggerak
Semestinya kita harus menyadari bahwa bangsa Indonesia memiliki keberagaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa dan agama, selain itu letak geografis masing-masing daerah juga mempengaruhi kearifan lokal bangsa Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Papua.
Daerah Riau dengan kultur budaya suku Melayunya memiliki kearifan lokal yaitu menyukai kesenian yang kental dalam kehidupan keseharian baik itu Sastra, Kompang, Pantun, Puisi, Lagu dan Tarian berbeda jauh dengan Jakarta yang pada umumnya memiliki kultur budaya yang relatif sudah lebih heterogen dengan masyarakat yang majemuk. Walaupun masih mempertahankan budaya lokal Betawinya. Oleh karena itu tidak mungkin menyamakan cara-cara pendidikan dan pengajaran untuk kedua daerah ini, walaupun secara umum masih bisa diambil Kebijakan Sistem Pendidikan secara nasional. Hal ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa perlu kebijakan dan inovasi dari para pendidik untuk menemukan cara dan strategi mengajar yang paling memperhatikan kodrat keadaan murid tentunya berdasarkan kearifan lokal masing-masing daerah supaya pembelajaran yang dilakukan lebih kontekstual tidak mengawang-awang.
“Apakah bisa mengadopsi cara-cara pendidikan dan pengajaran dari luar?” Pertanyaan ini mungkin terlalu retoris bagi kalangan pendidik, praktisi maupun akademisi pendidikan yang memahami filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD). Dalam Pidato Sambutan Ki Hadjar Dewantara. Dewan Senat Universitas Gadjah Mada, 7 November 1956, KHD berpesan kepada kita generasi bangsa “Jangan sampai kita hanya meniru sistem pendidikan dan pengajaran yang sepi pengaruh kebudayaan, seperti yang kita alami di zaman Belanda”.
Dari pesan tersebut KHD seakan-akan ingin menyampaikan bahwa pendidikan bangsa harus memperhatikan kearifan lokal bangsa kita sendiri sebagai bangsa yang kaya akan keragaman dan kearifan lokal dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui wadah yang bernama Pendidikan itu sendiri. Cara-cara pendidikan semestinya memandang dan menjadikan kearifan lokal sebagai sebuah kekuatan guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Selain itu, cara pendidikan dan pengajaran yang kontekstual sesuai dengan kodrat keadaan (tempat dan zaman) akan lebih dapat diterima oleh para murid.